Hoegeng Marah Jadi Dubes setelah Pensiun Kapolri : Kerjanya Hanya Seremonial
JAKARTA, iNews.id - Jenderal (Purn) Hoegeng Iman Santoso menolak tawaran menjadi duta besar (Dubes) setelah pensiun dari Kapolri. Namun pemerintah saat itu terus menawarkan Hoegeng menjadi Dubes.
Namun lagi-lagi pria kelahiran Pekalongan itu menolak. Tawaran untuk Hoegeng menjadi Dubes di Kerjaan Belgia, Beleuc, Luxemburg karena istrinya Meri keturunan Belanda. Hoegeng juga fasih berbahasa Belanda.
Alasan menolak tawaran itu, dia merasa masa jabatannya sebagai Kapolri belum berakhir dan ingin tetap mengabdi di Tanah Air.
Akhirnya Hoegeng dipanggil Presiden Soeharto ke rumahnya Jalan Cendana. Ketika bertemu Soeharto, Hoegeng ditawari lagi menjadi Dubes.
"Tugas apa pun saya akan terima asal jangan jadi Dubes Pak," jawab Hoegeng dalam buku Hoegeng, Polisi Idaman dan Kenyataan, yang dikutip Selasa (25/1/2022).
Soeharto menampik setelah mendengar pernyataan Hoegeng. "Di Indonesia tidak ada lagi lowongan buat Hoegeng," kata Soeharto. Hoegeng langsung menyatakan berhenti jadi Kapolri saat itu. Banyak yang menilai tawaran menjadi Dubes adalah cara pemerintah Soeharto 'membuang' Hoegeng ke luar Indonesia.
Setelah diberhentikan menjadi Kapolri, Hoegeng mengembalikan semua barang termasuk mobil dinas.
Ketika makam malam bersama keluarga, Hoegeng juga menjelaskan alasan menolak menjadi Dubes. Menurutnya, jabatan Dubes harus dipegang seorang diplomat bukan polisi.
Namun anak-anaknya mencoba menawarkan agar Hoegeng mengambil kesempatan tersebut. Dengan menjadi Dubes, mereka bisa merasakan luar negeri.
Mendengar hal itu, Hoegeng marah sambil menggedor meja makan. "God verdome! Kamu tahu. Kalau Papimu jadi Dubes, kerjanya hanya seremonial seperti bertemu dengan perwakilan pemerintah negara sambil minum atau makan. Padahal di negara kita ini banyak rakyat yang tengah kesulitan hidup dan makan dan minum saja sulit," katanya. Anak-anaknya yang mendengar langsung diam.
Editor: Faieq Hidayat