Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Peringati Hari Pahlawan, TNI AL-Kemensos Gelar Upacara Tabur Bunga di Laut Jakarta
Advertisement . Scroll to see content

HUT ke-76 Marinir, Begini Perjalanan Sejarah Korps Baret Ungu

Senin, 15 November 2021 - 07:04:00 WIB
HUT ke-76 Marinir, Begini Perjalanan Sejarah Korps Baret Ungu
Ilustrasi, Korps Marinir tengah melaksanakan latihan tempur. (Foto: Dok. SIndo Media).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.idKorps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) merayakan HUT ke-76, Senin (15/11/2020). Sejak kelahirannya, 15 November korps baret ungu itu telah menorehkan berbagai prestasi.

Dalam Hartono berjudul Jenderal Marinir di Tengah Prahara’ karya Petrik Matanasi yang dikutip Okezone, latar belakang pasukan infanteri TNI AL ini berawal dari Corps Mariniers yang dibentuk pada Pangkalan IV ALRI Tegal. Ada kisah menarik dalam lahirnya Korps Marinier ini. 

Awalnya korps ini dijadikan bagian dari TNI Angkatan Darat (AD) yang dibentuk sebagai pendidikan para pelaut Indonesia tergabung di ALRI agar bisa bertempur di darat dalam keadaan darurat. Saat itu, sebagian besar instruktur Corps Mariniers berasal dari lulusan sekolah pelayaran. Ada juga yang pernah mengenyam pendidikan tempur di darat, salah satunya Tatang Rusmaja, prajurit jebolan Pembela Tanah Air (Peta). 

 “Yang dilatih bukan hanya para personel ALRI dan pemuda asal Tegal, tapi juga dari luar kota. Sebagaimana pasukan ALRI lainnya di berbagai daerah, Corps Mariniers juga pada akhirnya terpaksa ikut bergerilya di darat karena minus alutsista laut,” tulis dalam buku Hartono.

Pasukan ini lebih sering bertempur di pedalaman hutan dan kaki gunung, ketimbang di laut. Sehingga pasukan ini lebih dikenal ALRI Gunung. Pasukan ini belum termasuk Corps Mariniers karena keberadaannya saat itu hanya di Pangkalan IV ALRI di Tegal.

Khusus para personel Corps Mariniers asal Pangkalan IV Tegal, sekiranya 25 kali mereka mengirim pasukan ke front Semarang di masa revolusi, untuk ikut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Angkatan Darat mempersempit gerak pasukan Belanda. 

Seiring berjalannya waktu, di masa revolusi, tepatnya pada 17 Maret 1948 sempat terjadi Reorganisasi dan Rasionalisasi atau dikenal "Re-Ra". Corps Mariniers dari Pangkalan Tegal telah memiliki pengalaman tempur di darat, sehingga pemerintah memutuskan untuk memisahkannya dari TNI AL.

Corps Mariniers kemudian dilebur ke dalam TNI AD Divisi Diponegoro dengan nama Resimen Samudera yang terbagi menjadi lima batalyon. Sementara bagi yang ingin tetap bersama TNI AL diminta mengajukan surat permohonan kepada Menteri Pertahanan dan Panglima Besar Angkatan Perang Mobil. 

Pada 9 Oktober 1948 terbit Surat Keputusan No. A/565/1948 dari Menteri Pertahanan yang menetapkan pembentukan Korps Komando di lingkungan TNI AL (KKO AL). Namun, rekrutmen personel baru terealisasi setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949. 

Saat itu personel KKO AL yang tercatat pada 1950, sebanyak 90 persen merupakan mantan Corps Mariniers Pangkalan IV Tegal sehingga Corps Mariniers yang dibentuk 15 November 1945 merupakan cikal bakal Korps Marinir TNI AL yang ada saat ini. 

Sementara itu penggunaan kembali Korps Marinir, sebelumnya KKO AL merupakan sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No Skep/1831/XI/1975 Tanggal 15 November 1975. 

Pasukan ini menggunakan baret ungu. Pilihan warna baret tersebut memiliki sejarah, yaitu pada 1958 warna ungu dipakai oleh Korps Marinir (ketika masih bernama KKO-AL) berupa pita sebagai kode pengamanan untuk mengadakan operasi pendaratan di Padang, Sumatera Barat dalam rangka Operasi 17 Agustus.

Dalam perjalanannya, pasukan ini sering ikut berperan dalam setiap penyelesaian pergolakan bangsa. Perang Kemerdekaan, Operasi RMS, Operasi DI/TII, Operasi PRRI/Permesta, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, Operasi G30S PKI, pengamanan Kepulauan Natuna dan Ambalat, Operasi Reformasi, Operasi Pengamanan Ambon, dan Operasi Rencong Sakti di Aceh. 

Kemudian pernah diterjunkan dalam operasi pembebasan sandera oleh perompak Somalia. Bahkan, Korps Marinir juga aktif dalam Bakti TNI dan operasi bantu rakyat lainnya. 

Selain itu, laman resmi Marinir juga menyebutkan,  dalam rangka ikut serta menjaga ketertiban dunia, Korps Marinir terlibat aktif sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB sejak tahun 1960 sampai sekarang antara lain : Kontingen Garuda II dan III (UNOC) di Kongo (1960-1961), Kontingen Garuda IV, V, VI, VII di Vietnam (1973–1975), Kontingen Garuda VIII di Timur Tengah (1978), hingga MINUSTAH XXXII-C/Haiti, MONUSCO XX-K/Kongo dan YONKOMPOSIT XXXV-UNAMID.

Editor: Kurnia Illahi

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut