Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : MNC Life Dukung Transformasi Keuangan Digital di Mandiri BFN Fest 2025, Perkuat Ekosistem Fintech
Advertisement . Scroll to see content

IFSoc Soroti Tingginya Adopsi AI di Industri Fintech, Dorong Penguatan Infrastruktur

Jumat, 19 Desember 2025 - 22:06:00 WIB
IFSoc Soroti Tingginya Adopsi AI di Industri Fintech, Dorong Penguatan Infrastruktur
Ketua Steering Committee IFSoc, Rudiantara. (Foto: Tangguh Yudha)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Indonesia Fintech Society (IFSoc) menilai tingkat adopsi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di industri fintech Indonesia sudah tergolong tinggi. Namun, kondisi tersebut belum diimbangi dengan kesiapan infrastruktur pendukung yang memadai.

Ketua Steering Committee IFSoc Rudiantara mengatakan pemanfaatan AI menjadi salah satu catatan penting industri fintech sepanjang 2025. Tren itu diproyeksikan terus berlanjut hingga 2026, bahkan 2027.

"Adopsi AI di Indonesia ini sudah cukup tinggi. Tetapi peran kita dari sisi aplikasi, dari infrastruktur, dari energi itu masih sangat rendah. Jangan sampai kita menjadi hanya negara yang konsumen dari AI, tetapi juga harus kita berperan dari AI," ujar Rudiantara dalam media gathering di Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).

Tanpa penguatan infrastruktur, kata dia, Indonesia berisiko tertinggal dalam penguasaan teknologi AI, meski penggunaannya semakin masif di sektor fintech. Karena itu, IFSoc mendorong strategi nasional untuk memperkuat fondasi teknologi agar pemanfaatan AI tidak hanya bersifat konsumtif.

Selain AI, Rudiantara juga menyinggung isu pinjaman daring (pindar) yang kerap dikaitkan dengan persepsi praktik kartel. Dia menilai anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat, karena persaingan di industri masih berjalan dan masyarakat tetap memiliki pilihan dengan harga yang variatif.

"Kemudian yang bisa ditetapkan lagi adalah isu tentang pindar yang dikaitkan dengan seolah-olah ada persepsi mengenai kartel, padahal kenyataan di lapangan itu berbeda. Berkompetisi orang masih bisa mendapatkan pilihan dengan pricing yang berbeda-beda," tutur dia.

Catatan lain yang menjadi perhatian IFSoc adalah persoalan tata kelola atau governance di perusahaan rintisan, termasuk fintech. Rudiantara mengungkapkan, sejumlah kasus di 2025 menunjukkan adanya kelemahan governansi yang memicu kekhawatiran investor dan berpotensi berlanjut jika tidak segera dibenahi.

Dari sisi konsumen, maraknya penipuan atau scam juga menjadi sorotan serius. IFSoc mencatat, kejahatan digital kerap terjadi dalam hitungan menit, sehingga pelaporan yang terlambat membuat dana masyarakat sulit diselamatkan.

"Karena scam ini kebanyakan dari hitungan belasan menit, kalau tidak segera dilaporkan itu istilahnya golden time itu belasan menit, itu uang masyarakat yang ditipu itu hilang," tutur dia.

Editor: Rizky Agustian

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut