Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Roy Suryo Hadiri Gelar Perkara Khusus, Bawa Ijazah UGM Tahun 1985 
Advertisement . Scroll to see content

Indonesia Jadi Fatherless Country, Ini Penjelasan Pakar UGM

Selasa, 23 Mei 2023 - 17:58:00 WIB
Indonesia Jadi Fatherless Country, Ini Penjelasan Pakar UGM
Ilustrasi Fatherless Country (freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Baru-baru ini ramai bahwa Indonesia masuk peringkat ketiga fatherless country di dunia atau negara dengan minimnya keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan bangsa. Merespons hal itu, pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) pun buka suara.

Menurut Psikolog UGM, Diana Setiyawati saat ini fenomena tersebut pada dasarnya memang dirasakan di Indonesia. Di mana sosok ayah minim dalam kehidupan seorang anak.
“Fatherless ini menjadi fenomena yang sudah dirasakan bersama di mana peran ayah bisa dikatakan minim,” ucap dia dikutip dari laman resmi UGM, Selasa (23/5/2023).

Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini menjelaskan bahwa pengasuhan anak pada dasarnya membutuhkan keterlibatan kedua orang tua secara berimbang. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga ayah.

“Namun, yang banyak terjadi ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ini jadi fenomena yang cukup lazim, salah satunya karena pengaruh budaya,” tutut dia.

Penyebab Indonesia Jadi Fatherless Country

Ternyata, fenomena tersebut terjadi karena budaya patriarki yang masih melekat pada masyarakat Indonesia. Dalam budaya ini, perempuan bertanggung jawab untuk urusan domestik dan mengurus anak dan laki-laki bertanggung jawab pada urusan publik.

Selain faktor budaya, anak bisa mengalami fatherless karena orang tua yang terlalu sibuk. Karena kesibukan bekerja, menjadikan ayah sulit untuk terlibat dalam pengasuhan.

“Faktor orang tua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal berapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih dulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen untuk  mengganti hari-hari yang hilang,” ujarnya.

Selain itu, fenomena ini juga bisa terjadi karena orang tua, dalam hal ini ayah, tidak mengerti bagaimana mengasuh anak yang baik.

“Fatherless karena tidak tahu cara mengasuh anak, tidak ada model yang bisa ditiru dan tidak ada ilmunya,” kata dia.

Pentingnya Peran Ayah dalam Tumbuh Kembang Anak

Diana menyampaikan ayah memiliki peran yang cukup penting dalam tumbuh kembang anak. Keterlibatan ayah dalam aktivitas bersama anak dapat menjadi kegiatan yang menstimulasi perkembangan kognitif.

Ada perbedaan gaya bicara antara ayah dan ibu, seperti ayah yang cenderung lebih mengarahkan, lebih singkat. Bentuk komunikasi yang lebih kompleks dengan orang tua menuntut kemampuan bahasa yang lebih tinggi sehingga bisa menstimulasi perkembangan kognitif anak.

Selain itu, keterlibatan ayah dalam pengasuhan akan mendorong perkembangan fungsi eksekutif lebih optimal. Fungsi eksekutif berkaitan dengan kemampuan merencanakan, pengendalian diri, pemecahan masalah, dan atensi.  

Diana menuturkan kehadiran sosok ayah dalam pengasuhan juga memengaruhi perkembangan emosi. Relasi positif antara ayah dan anak akan membantu anak mengembangkan emosi yang matang.

Tak hanya itu, ayah yang memberikan dukungan emosi atau terlibat pengasuhan bisa mengurangi beban yang dimiliki ibu sehingga turut memengaruhi kualitas hubungan antara ibu dan anak.

Perkembangan emosi yang terhambat, kata Diana, menyebabkan anak memiliki emosi yang tidak matang sehingga tidak mampu meregulasi emosi baik mengekspresikan maupun mengendalikan emosi.

Ketidakmampuan anak mengendalikan emosi ini bahkan bisa mendorong rasa cemas dan depresi (perilaku internalisasi) dan kontrol diri rendah, berperilaku berlebihan serta agresif (eksternalisasi).

“Keterlibatan ayah juga berpengaruh pada kelekatan anak yang akan memengaruhi perkembangan kognitif dan sosial anak. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan dan kehangatan dari sosok ayah akan mudah mengalami kecemasan, kompetensi sosial lemah, dan self esteem rendah,” tutur Diana.

Dalam perkembangan moral, ayah berperan penting dalam penanaman nilai individu karena sikap cenderung lebih tegas dan maskulin daripada ibu. Bahkan, banyak penelitian yang menunjukkan hilangnya peran ayah menyebabkan anak tidak memiliki moral yang baik dan terlibat dalam kenakalan remaja.

Diana menyampaikan ayah memiliki peran dalam pembentukan identitas seksual anak. Keterlibatan ayah memberikan gambaran mengenai perbedaan gender, terutama pada anak laki-laki ayah menjadi role model dalam menjalankan perannya sebagai laki-laki.

Sikap hangat dan positif ayah terhadap anak terutama laki-laki dapat membentuk maskulinitas. “Banyak anak yang menjadi korban kekerasan seksual merupakan anak yang kehilangan figur ayah,” tutur dia.

Dampak Fatherless dalam Tumbuh Kembang Anak

Diana menyebutkan ketiadaan peran atau kurang terlibatnya ayah dalam keluarga dapat memunculkan hambatan dalam proses perkembangan anak. Beberapa persoalan yang bisa muncul antara lain hambatan dalam pembentukan identitas gender dan peran seksual, penurunan performa akademis, kesulitan penyesuaian psikososial, kontrol diri rendah, dan self esteem rendah.

Selain itu, kurangnya keterlibatan ayah dapat menjadi faktor risiko munculnya psikopatologi pada anak. Salah satunya kecanduan terhadap zat ataupun aktivitas yang menimbulkan kesenangan seperti kecanduan gadget, game online, napza, rokok dan lainnya.

“Bisa juga memunculkan gangguan perilaku menyimpang, perilaku seksual dan gangguan mood serta bunuh diri,” kata Diana.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut