Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Puncak Gunung Fuji Diselimuti Salju, 2 Pekan Lebih Cepat dari Tahun Lalu
Advertisement . Scroll to see content

Jejak Raja-Raja Mataram Kuno: Dari Sanjaya hingga Dharmawangsa, Candi Borobudur Bukti Kejayaan

Selasa, 10 Juni 2025 - 07:54:00 WIB
Jejak Raja-Raja Mataram Kuno: Dari Sanjaya hingga Dharmawangsa, Candi Borobudur Bukti Kejayaan
Candi Borobudur jadi bukti kejayaan Raja-raja Mataram Kuno dan kekuatan budaya masa lampau. (Foto: Pemkab Magelang)
Advertisement . Scroll to see content

MALANG, iNews.id - Kerajaan Mataram Kuno memiliki sejarah panjang dalam peradaban di Pulau Jawa. Jejak kejayaan raja-raja Mataram ini mengakar sejak masa Jawa bagian tengah hingga berlanjut ke timur.

Mpu Sindok menjadi tokoh penting dalam perpindahan pusat kekuasaan ke timur. Pemindahan ini disebabkan oleh letusan gunung dan konflik kekuasaan.

Sanjaya hingga Samaratungga: Awal Mula Kejayaan Dinasti Mataram

Sejarah raja-raja Mataram Kuno dimulai dari Sanjaya. Dia dikenal sebagai pendiri Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang.

Kejayaan Mataram berlanjut dengan Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. Pada masa inilah pembangunan Candi Borobudur dimulai.

Rakai Panunggalan alias Dharanindra menjadi raja ketiga yang menaklukkan Sriwijaya dan memperluas kekuasaan hingga Campa dan Kamboja.

Raja keempat adalah Rakai Warak atau Samaragrawira, ayah dari Balaputradewa. Selanjutnya, Samaratungga atau Rakai Garung memerintah pada 792–835.

Pada masa inilah pembangunan Candi Borobudur diselesaikan tahun 825. Samaratungga memperkuat aliansi dengan menikahi Dewi Tara dari Sriwijaya.

Putrinya, Pramodawardhani, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya. Ini menjadi titik awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

Rakai Pikatan atau Mpu Manuku menjadi raja keenam. Namanya tercantum dalam Prasasti Mantyasih dan Prasasti Argapura.

Raja ketujuh adalah Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala. Dia naik tahta pada 856 sesuai Prasasti Siwagerha.

Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan setelah perebutan kekuasaan antar putra Rakai Pikatan.

Kemudian Rakai Watukura Dyah Balitung menjadi raja kesembilan. Dia memindahkan pusat kerajaan ke Poh Pitu, wilayah Kedu. Mpu Daksa naik tahta menggantikan saudara iparnya. Nama Daksa sering disebut bersama istri Balitung dalam beberapa prasasti.

Raja ke-11 adalah Rakai Layang Dyah Tulodong. Dia diduga menantu Mpu Daksa yang mendapat gelar Rakai Layang.

Rakai Sumba Dyah Wawa menjadi raja ke-12 berdasarkan Prasasti Wulakan. Namun catatan sejarah tentang pemerintahannya minim.

Mpu Sindok, raja ke-13, memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur akibat letusan gunung dan peperangan.

Sri Lokapala menjadi raja ke-14. Dia menantu Mpu Sindok dan berasal dari Bali. Prasasti Gedangan 950 mencatat anugerah desanya untuk pendeta Buddha.

Makuthawangsawardhana menjadi raja ke-15. Dia hanya disebut dalam Prasasti Pucangan sebagai kakek Airlangga.

Raja terakhir Mataram Kuno adalah Dharmawangsa Teguh. Dia tewas saat pesta pernikahan putrinya dengan Airlangga diserang Raja Wurawuri dari Lwaram.

Airlangga selamat dan mendirikan Kerajaan Kahuripan. Peristiwa ini menjadi akhir dari kejayaan Kerajaan Mataram Kuno.

Candi Borobudur, Bukti Nyata Kejayaan Raja-raja Mataram

Kejayaan raja-raja Mataram Kuno tak hanya tercatat dalam prasasti. Candi Borobudur jadi bukti fisik kekuasaan dan kejayaan budaya mereka.

Jejak raja-raja Mataram Kuno terus menjadi warisan sejarah yang tak ternilai. Dari Sanjaya hingga Dharmawangsa Teguh, mereka membentuk peradaban Nusantara yang agung.

Editor: Donald Karouw

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut