Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Panas! Razman Nasution Debat dengan Roy Suryo: Anda Punya Sertifikat Ahli Telematika?
Advertisement . Scroll to see content

Jokowi Beri Kuliah Umum di Stanford University, Bahas Transisi Energi dan Perubahan Iklim

Kamis, 16 November 2023 - 11:06:00 WIB
Jokowi Beri Kuliah Umum di Stanford University, Bahas Transisi Energi dan Perubahan Iklim
Presiden Jokowi saat mengisi kuliah umum di Stanford University, San Fransisco, Amerika Serikat, Rabu (15/11/2023). (Foto: BPMI SETPRES)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kolaborasi dan langkah strategis menjadi hal yang sangat penting serta dibutuhkan dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang makin mengancam saat ini. Hal tersebut disampaikan Jokowi saat mengisi kuliah umum di Stanford University, San Fransisco, Amerika Serikat, Rabu (15/11/2023).

“Dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang makin mengancam saat ini, kolaborasi sangat penting dan langkah strategis konkret sangat dibutuhkan. Tanpa itu tidak mungkin bagi kita untuk menjamin keberlanjutan dan satu-satunya bumi yang kita cintai,” ujar Presiden dikutip, Kamis (16/11/2023).

Presiden menjelaskan, perubahan iklim dan transisi energi merupakan hal mendesak di tengah dunia yang sedang tidak baik-baik saja. Sebab itu, Jokowi secara tegas menyampaikan Indonesia telah mengambil peran dan berkomitmen untuk mengatasi hal tersebut.

“Untuk Indonesia, tidak perlu ragu dan tidak perlu dipertanyakan komitmen kami. Indonesia walks the talk, not talk the talk,” katanya.

Kepala Negara pun memaparkan hingga saat ini Indonesia telah berhasil menurunkan emisi sebesar 91,5 juta ton. Hal tersebut diikuti laju deforestasi Indonesia hingga tahun 2022 telah ditekan hingga 104.000 hektare.

“Kemudian kawasan hutan juga direhabilitasi seluas 77.000 hektare, hutan bakau direstorasi seluas 34.000 hektare hanya dalam waktu 1 tahun,” ucapnya.

Namun, Presiden Jokowi menilai saat ini masih terdapat tantangan besar bagi Indonesia dan juga negara berkembang lainnya untuk melakukan tansisi energi, utamanya dalam transfer teknologi dan pendanaan. 

“Inilah yang menjadi tantangan dan sering menyulitkan negara-negara berkembang. Karena itu Indonesia ingin memastikan transisi energi juga menghasilkan energi yang bisa terjangkau rakyat, bisa terjangkau masyarakat,” kata Presiden.

Selain itu, Presiden menilai pendanaan iklim yang seharusnya diberikan kepada negara-negara berkembang untuk melaksanakan transisi energi tersebut seharusnya lebih bersifat membangun, tidak hanya membebani sebagai utang. 

“Sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim masih  business as usual, masih seperti commercial banks. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang,” ucapnya.

Editor: Donald Karouw

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut