Jokowi dan Ibu Negara Ikut Main Gobak Sodor di Halaman Istana Merdeka
JAKARTA, iNews.id - Kementerian Sosial (Kemensos) meluncurkan program "Jam Main Kita" untuk mengaktifkan kembali permainan tradisional bagi anak-anak Indonesia. Acara yang digelar di halaman Istana Merdeka itu dihadiri sekitar 200 anak dari berbagai penjuru Indonesia.
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo sempat bermain tiga permainan tradisional yaitu ogor ban, gobak sodor, dan engklek. Jokowi bahkan tampak bermain engklek sendirian dan disaksikan puluhan anak-anak. Saat bermain gobak sodor, Jokowi ditemani oleh Ibu Negara melawan sejumlah anak-anak. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi juga hadir mendampingi anak-anak bermain bersama Presiden dan Ibu Negara.
Sejumlah menteri juga ikut, antara lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sosial Idrus Marham, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Mensos Idrus Marham mengatakan permainan tradisional dapat digunakan untuk membentuk kohesivitas dan kesetiakawanan sosial. Dia menawarkan permainan tradisional tersebut untuk melawan dominasi game online di kalangan anak-anak dan generasi muda di era digital sekarang ini.
"Coba bayangkan saja, kata Presiden, kalau sejak kecil mereka tidak pernah komunikasi, hanya komunikasi dengan handphone, pasti akan terbangun mental-mental yang individualistis, tidak memiliki kesetiakawanan sosial, tidak sportif, dan banyak lagi," katanya di halaman Istana Merdeka Jakarta, Jumat (4/5/2018).
Menurut Idrus, yang diinginkan di kalangan generasi muda Indonesia ke depan adalah wajah yang ramah, memiliki kohesivitas sosial, nasionalisme, sportif, dan disiplin. "Jadi tidak nyambung antara apa yang kita ingin sebagai wajah generasi muda Indonesia ke depan," kata politikus Partai Golkar ini.
Idrus mengatakan, permainan anak-anak termasuk kalangan generasi muda saat ini semuanya berbasis internet atau telepon pintar. Anehnya lagi, kata dia, tak sedikit anak-anak yang mengalami disorientasi akibat game.
"Alat yang digunakan itu tidak nyambung. Main game itu hanya dengan alat, kadang-kadang ketawa sendiri, dan yang ditonton itu kebanyakan tokoh-tokoh negara lain. Sementara kita ingin ada nasionalisme, ada sportivitas, ada kesetiakawanan sosial, dan semua ini hilang," kata mantan Sekjen Partai Golkar ini.
Beda dengan permainan tradisional sebagai instrumen yang sangat efektif membentuk kesetiakawanan. Permainan tradisional juga selaras dengan visi nawacita Presiden yaitu revolusi mental untuk membangun karakter generasi muda Indonesia.
"Permainan tradisional Indonesia ini adalah menjadi instrumen yang sangat efektif, karena di situ anak-anak bermain bersama, ada kebersamaan, ada kohesivitas sosial, ada kejujuran, ada sportivitas," kata Idrus.
Dia ingin agar permainan tradisional itu segera dipatenkan. "Di beberapa negara, permainan tradisional sudah dilakukan kajian. Sebutlah misalnya Jepang, ini sudah dikaji sedemikian rupa, agar ini tidak menjadi masalah di belakang hari, seperti dulu ada batik, kemudian tari-tarian, rendang dan lainnya," katanya.