Kak Seto Usul Agar Permainan Tradisional Indonesia Dipatenkan
JAKARTA, iNews.id – Indonesia memiliki khazanah kebudayaan yang amat kaya. Di antaranya berupa aneka ragam permainan tradisional yang unik dan menarik. Karena itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengusulkan agar permainan-permainan tradisional Indonesia tersebut dapat dipatenkan agar tidak diklaim oleh bangsa lain.
“Mudah-mudahan ini juga dilanjutkan dengan berbagai penelitian, kemudian manfaat permainan tradisional, serta dipatenkan supaya permainan-permainan dari warisan nenek moyang ini sebagai hak paten bangsa Indonesia tidak diakui negara lain,” kata Seto dalam acara Jam Main Kita di halaman Istana Merdeka Jakarta, Jumat (4/5/2018).
Jam Main Kita adalah gerakan sosial untuk mengajak anak-anak Indonesia lebih mengenal permainan tradisional sekaligus mengajak mereka aktif bermain di luar rumah. Gerakan tersebut digagas oleh LPAI bersama dengan sejumlah perusahaan swasta sejak 25 Maret 2018.
“Untuk mengingatkan bahwa salah satu hak dasar anak adalah bermain gembira, bermain bukan hanya bermain di dalam ruangan, bermain gawai atau gadget sendirian, tapi juga bermain gembira di luar,” ujar pria yang akrab disapa Kak Seto itu.
Dia pun menyebutkan sejumlah permainan tradisional seperti engklek, gobak sodor, enggrang, jamuran, dan permainan lainnya yang sangat banyak manfaatnya untuk mengembangkan kepribadian anak-anak. Lewat permainan seperti itu, anak-anak bisa belajar bekerja sama, menghargai teman-temannya, dan menghargai perbedaan.
“Juga belajar untuk kompak, bersatu walaupun saling berbeda dan itu sangat baik untuk anak-anak bangsa Indonesia,” tutur Kak Seto.
Dia berharap permainan yang digelar di halaman Istana Merdeka bisa menjadi gerakan awal agar ke depannya ada gerakan nasional untuk membuat anak-anak kembali gembira bermain bersama teman-temannya dan menghargai budaya bangsa Indonesia sendiri, yaitu permainan tradisional.
“Dan hal ini mudah-mudahan tidak hanya seremonial atau selebrasi belaka, tapi juga dilanjutkan dengan berbagai kebijakan yang lain. Siapa tahu akan ada kurikulum juga (di sekolah-sekolah) bahwa wajib minimal seminggu sekali anak-anak bisa kembali bermain permainan tradisional,” ucap Seto.
Editor: Ahmad Islamy Jamil