Kalau Salah Pilih Orang, Golkar Bisa Jeblok Lagi
JAKARTA, iNews.id - Musyawarah nasional luar biasa (munasub) merupakan jalan terbaik untuk menaikkan elektabilitas partai yang merosot setelah Setya Novanto terjerat kasus dugaan korupsi. Partai Golkar harus memilih figur ketua umum yang bisa membawa partai memenangi pemilihan umum.
Politikus senior Partai Golkar Sarwono Kusumaatmaja mengingatkan, jangan sampai kesalahan memilih pemimpin kembali terulang. Dia mengungkapkan, menurunnya elektabilitas partai berlambang pohon beringin justru disebabkan oleh ketua umum yang tersangkut kasus korupsi.
Karena itu, partai harus digerakkan oleh kader berintegritas dan mempunyai program kerja yang dapat menyelamatkan partai. Menurutnya, munaslub adalah ajang memilih tim untuk melahirkan program kerja yang baik.
"Diperlukan rescue team. Kemudian bantu siapkan juga Golkar ngapain ke depan. Jadi menurut saya apa yang dialami Golkar sekarang sangat mengkhawatirkan tapi problemnya kontemporer," katanya usai menghadiri acara diskusi yang bertajuk, Golkar untuk Indonesia, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2017).
Sarwono menegaskan, munaslub harus membawa perbaikan terhadap elektabilitas partai yang menurun. Meski menganggap munaslub adalah jalan keluar, tapi menurut sekretaris jenderal dewan pimpinan pusat (DPP) Partai Golkar era 1983-1988 itu, Partai Golkar lebih baik melangsungkan musyawarah nasional (munas) untuk membentuk kepengurusan yang permanen. Dia menambahkan, jika dalam munaslub kembali salah memilih figur, maka kedepannya akan sama saja.
"Tidak bisa munaslub, harus Munas. Munaslub untuk praktisnya dulu. Tapi kalau salah pilih orang, bisa jeblok lagi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar sekaligus Ketua Komisi II DPR Zainudi Amali berharap, keputusan munaslub dapat berimbas positif bagi kinerja parlemen. Dia mengungkapkan, parlemen juga membutuhkan sosok pemimpin yang dapat mengembalikan citra DPR.
"Lembaga apapun, kalau publik menaruh kepercayaan, pasti apapun yang dilakukan mendapatkan respons yang baik," ungkapnya di Media Center Gedung DPR.
Menurutnya, sejauh ini anggota DPR asal Partai Golkar sebagaian besar masih berkeinginan maju dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019. Karena tak memiliki pimpinan yang definitif, maka proses pencalonan terganggu.
"Ini tidak mudah me-manage dalam kondisi seperti ini, konsentrasi terbelah," ucapnya.
Editor: Achmad Syukron Fadillah