Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Stairlift di Borobudur Mau Dipermanenkan, Fadli Zon: Tak Ada Baut Menancap Batu Candi
Advertisement . Scroll to see content

Kata Fadli Zon Ikut Menari Tayub usai Terima Javanese Culture Award 2025: Rasanya Gembira

Rabu, 04 Juni 2025 - 21:09:00 WIB
Kata Fadli Zon Ikut Menari Tayub usai Terima Javanese Culture Award 2025: Rasanya Gembira
Menteri Kebudayaan Fadli Zon ikut menari Tayub usai menerima penghargaan di UNS Solo. (Foto: iNews)
Advertisement . Scroll to see content

SOLO, iNews.id - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menerima penghargaan Javanese Culture Award 2025 dari Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Penghargaan tersebut berlangsung di Gedung R Ng Yosodipuro, Pendapa PUI Javanologi UNS, Selasa (3/6/2025) malam. 

Usai menerima penghargaan, Fadli Zon sempat ikut menari Tari Tayub Bersama para penari tradisional. Ketika tarian berlangsung, Fadli Zon diberi selendang agar ikut menari.  

Tak hanya Fadli Zon, beberapa orang lainnya juga mendapat selendang. Mereka kemudian menari di depan hadirin diiringi musik gamelan. Usai acara, Fadli Zon mengaku ikut menari Tari Tayub merupakan pengalaman pertama kali. "Rasanya gembira," ucap Fadli Zon.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan yang diterima. Dia mengapresiasi PUI Javanologi dan UNS yang konsisten menjaga warisan budaya bangsa. 

Menurutnya, budaya adalah roh bangsa sekaligus dasar penting bagi pembangunan peradaban.

Dia menegaskan kembali amanat konstitusi tentang pemajuan kebudayaan dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat 1. Peraturan ini berbunyi "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya".

“Apresiasi setinggi-tingginya kepada PUI Javanologi dan UNS yang telah menunjukkan satu dedikasi yang luar biasa untuk menjaga warisan kebudayaan bangsa dan menjadikan dasar inovasi keilmuan dan pemajuan peradaban,” ungkapnya.

Fadli Zon juga membagikan kisah pribadinya tentang ketertarikannya pada budaya sejak mahasiswa. Dirinya pernah menulis tentang Ronggowarsito di jurnal Prisma saat masih menjadi mahasiswa Universitas Indonesia. Selain itu, terdapat lebih dari 600 naskah lontar dan ribuan koleksi wayang yang telah terkumpul hingga kini.

Indonesia dinilai memiliki kekayaan budaya yang luar biasa beragam. Kekayaan ini belum seluruhnya digali secara optimal, terlebih di era digital saat ini. Menurutnya, potensi budaya Indonesia bahkan bisa menjadi kekuatan besar di dunia internasional.

“Passion saya sebenarnya lebih banyak di kebudayaan karena menurut saya kebudayaan ini adalah rohnya bangsa kita. Di bidang kebudayaan kita ini memang mempunyai kekuatan yang luar biasa. The Power of culture ini yang menurut saya harus kita maksimalkan,” tuturnya.

Selain Fadli Zon, UNS juga memberikan penghargaan serupa untuk kategori Javanese Cultural Ambassador to the World kepada Prof Sumarsam.

Prof Sumarsam menyampaikan refleksi atas perjalanan hidupnya di dunia seni dan akademik. Ia menceritakan bagaimana sejak kecil hidupnya diisi dengan gamelan dan kesenian Jawa. Baru di usia dewasa, ia mulai menekuni sisi akademik dari budaya Jawa.

“Awalnya dari umur 7 tahun sampai umur 20 tahun hidup saya berkesenian tidak lebih dari main dan mengajar gamelan. Baru mulai tahun 1964 saya memikirkan analisa akademik, itupun terbatas pada penyajian dan analisa komposisi gendhing,” tutur Prof. Sumarsam.

Prof. Sumarsam merupakan salah satu akademisi Indonesia yang dikenal luas di mancanegara. Beliau telah mengajar gamelan dan studi budaya Jawa di Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Sosoknya juga aktif meneliti dan menulis tentang musik tradisional Jawa dalam berbagai forum internasional.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut