Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Menag Luncurkan PMB PTKIN 2026, 36 Kampus Unggul Inklusif Siap Terima Mahasiswa
Advertisement . Scroll to see content

Kemenag: Tidak Ada Referensi Hilal Awal Syawal 1440 H Teramati Senin Ini

Senin, 03 Juni 2019 - 18:45:00 WIB
Kemenag: Tidak Ada Referensi Hilal Awal Syawal 1440 H Teramati Senin Ini
Kementerian Agama menyatakan tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1440 H teramati di seluruh wilayah Indonesia pada Senin (3/6/2019) ini. (Foto: Antara).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id, - Kementerian Agama menyatakan tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1440 Hijriah teramati di seluruh wilayah Indonesia pada Senin (3/6/2019) ini. Dengan demikian ada kemungkinan Idul Fitri akan jatuh pada Rabu (5/6/2019).

“Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” kata Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya jelang sidang isbat di Kementerian Agama, Senin (3/6/2019).

Hadir dalam pemaparan jelang sidang isbat ini Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Ketua MUI, Ketua Komisi VIII DPR, para duta besar negara sahabat, pimpinan ormas termasuk NU dan Muhammadiyah, pakar astronomi dari Lapan dan Planetarium Boscha, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama.

Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriyah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam. Saat ini, kata dia, Kemenag sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya.

“Secara hisab, awal Syawal 1440 H jatuh pada hari Rabu. Ini informasi, konfirmasinya menunggu hasil sidang isbat, menunggu hasil laporan rukyat,” kata dia.

Mengenai posisi hilal awal Syawal 1440H, berdasarkan data di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal minus 0,56 derajat, jarak busur bulan dari matahari 2,94 derajat dan umur minus 40 menit 6 detik.

Pelabuhan Ratu termasuk paling tinggi. Ijtimak di Pelabuhan Ratu terjadi sebelum matahari terbenam (qobla ghurub). Menurutnya, bulan terbenam dalam waktu 3 menit 6 detik sebelum matahari terbenam. 

Sementara itu, lanjut Cecep, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati MABIMS adalah minimal dua derajat atau umur bulan minimal delapan jam. "Ini sudah menjadi kesepakatan MABIMS," tuturnya.

Sehubungan itu, kata Cecep, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apapun bahwa hilal Syawal 1440 H pada Senin ini teramati di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, juga tidak ada referensi empirik visibilitas hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

Menurut Cecep, Limit Danjon menyebutkan bahwa hilal akan tampak jika jarak sudut bulan–matahari lebih besar dari 7 derajat. Konferensi penyatuan awal bulan Hijriyah International di Istambul tahun 1978 mengatakan bahwa awal bulan dimulai jika jarak busur antara bulan dan matahari lebih besar dari 8 derajat dan tinggi bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih besar dari 5 derajat.

Sementara rekor pengamatan bulan sabit dalam catatan astronomi modern adalah hilal awal Ramadan 1427H di mana umur hilal 13 jam 15 menit dan berhasil dipotret dengan teleskop dan kamera CCD di Jerman.

Bahkan, dalam catatan astronomi modern, jarak hilal terdekat yang pernah terlihat adalah sekitar 8 derajat dengan umur hilal 13 jam 28 menit. Hilal ini berhasil diamati oleh Robert Victor di Amerika Serikat pada 5 Mei 1989 dengan menggunakan alat bantu binokulair atau keker.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut