Kenapa Pembaretan Marinir TNI AL Dilakukan di Pantai Selatan? Ternyata Ada Kisahnya
JAKARTA, iNews.id - Pembaretan Marinir TNI Angkatan Laut (AL) biasanya dilakukan di pantai selatan. Dari sekian banyaknya pantai di sepanjang garis selatan Jawa, ada salah satu yang kerap dijadikan lokasi ritual pembaretan tersebut, yaitu Pantai Baruna Kondang Iwak, Malang, Jawa Timur.
Ternyata ada alasan pantai ini dijadikan lokasi ritual pembaretan tersebut. Lokasi ini biasa dijadikan oleh Pasukan Baret Ungu untuk menutup rangkaian kegiatan Pendidikan Komando calon prajurit remaja.
Para prajurit ditempa selama 90 hari lamanya. Latihan meliputi tahap komando, tahap laut, tahap hutan dan tahap gerilya lawan gerilya. Begitu pula latihan yang tergolong berat, tahap lintas medan dengan berjalan sejauh 300 km.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksma TNI Julius Widjojono mengatakan, ada alasan tersendiri mengapa pihaknya memilih Pantai Selatan menjadi lokasi pembaretan. Lokasi ini dipilih lantaran kondisi geografisnya yang menantang.
Pantai Baruna tiap harinya tak henti dihantam ombak dan gelombang tinggi Samudera Hindia. Diharapkan, dari tempat ini, lahir prajurit yang tangguh, militan, serta pantang menyerah.
"Mengapa pembaretan di Selatan? Karena ombaknya lebih besar dan konturnya itu sulit sehingga mampu mendidik prajurit kita militan, pantang menyerah, tangguh," kata Julius ketika dihubungi, Selasa (22/2/2022).
Eks Komandan Korps Marinir (Dankormar) Letjen TNI Mar Suhartono pernah mengungkapkan, bahwa lokasi latihan pertempuran ini berada di bibir samudera paling misterius di dunia. Misteri itu dilengkapi cerita segoro kidul atau kerajaan makhluk halus.
"Sebuah pantai tempat latihan pertempuran laut dan hutan prajurit petarung Korps Marinir yang berada di tepian amudera penuh misteri dan legendanya, 'segoro kidul'," tulis Suhartono dalam akun Instagram pribadinya.
Terdapat beberapa titik kenal sebagai penanda Pantai Baruna, antara lain pisau komando dan tulisan Marinir di atas karang. Lalu, ada pula emblem Marinir yang menempel di dinding bukit dengan ukuran 10 x 10 meter di atas deburan ombak yang datang silih berganti.
Tepat di belakang pantai ini ada sebuah hutan belantara. Konon, lokasinya masih asli dan sama sekali belum terjamah.
Editor: Maria Christina