Keterisian RS Covid-19 di Jawa-Bali di Bawah 60 Persen, Satgas: Kecuali Jakarta
JAKARTA, iNews.id - Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan keterisian atau Bed Occupancy Ratio (BOR) rumah sakit (RS) rujukan covid-19 di seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali yang melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro turun hingga di bawah 60 persen. Kecuali DKI Jakarta yang mencatatkan BOR masih diatas 60 persen.
Hal itu disampaikan Doni dalam rapat :Penguatan Koordinasi Pelaksanaan PPKM Mikro dan Posko Covid-19 di Desa/Kelurahan" secara virtual, Senin (8/3/2021).
“Seperti halnya saat ini Bapak Presiden telah mencanangkan bagaimana upaya pendekatan pengendalian Covid-19 ini berbasis kepada skala mikro yaitu tingkat desa dan kelurahan. Dan alhamdulillah kalau tadi yang saya dengarkan dan kita semua saksikan keberhasilan dalam menurunkan kasus aktif ini cukup bagus sekali. Termasuk meningkatkan angka kesembuhan juga sangat baik sekali,” ucap Doni.
Doni mengatakan BOR RS covid-19 di sejumlah daerah yang melaksanakan PPKM mikro mengalami penurunan kecuali Jakarta. Dia berharap kesembuhan di Jakarta terus meningkat yang bisa berpengaruh pada turunnya BOR.
“BOR yang ada di sejumlah daerah mengalami penurunan kecuali Jakarta yang masih berada di atas 60 persen. Namun masih di bawah 70 persen. Mudah-mudahan ini bisa bertahan untuk jangka waktu yang panjang sekali. Bahkan beberapa provinsi yaitu baik isolasi maupun ICU berada di bawah 50 persen,” katanya.
Apalagi, kata Doni saat ini kasus covid-19 aktif di Tanah Air per 7 Maret 2021 ada sekitar 147.000 orang.
“Kalau kita lihat data-data di sekitar 147.000 orang. Artinya yang dirawat di rumah sakit semakin sedikit karena pada awal Februari atau akhir Januari yang lalu sejumlah provinsi kasus aktifnya sangat tinggi,” kata Doni
Bahkan menurutnya pada saat sebelum PPKM mikro dilaksanakan, BOR rumah sakit di Banten hampir mencapai 100 persen.
“Bahkan ada beberapa provisi seperti halnya Banten BOR-nya itu mencapai 100 persen. Sebuah angka yang sangat tinggi sekali. Nah dampaknya adalah angka kematian dokter pun semakin meningkat ya,” ucapnya.
Dengan penuruan angka kasus aktif Covid-19 ini akan berdampak pada angka kematian dokter yang menunjukkan angka penurunan yang sangat pesat.
“Jadi kalau kita lihat data pada bulan Januari dan Februari angka kematiannya dokter itu pun mengalami peningkatan. Dan pada bulan Desember dan bulan Januari angka kematian dokter sangat tinggi. Kemudian pada bulan Februari angka kematian dokter mengalami penurunan yang sangat pesat sekali,” kata Doni.
Oleh sebab itu Doni mengajak semua elemen menjaga kondisi ini. Dia mengimbau masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan agar mengurangi beban para pekerja medis.
“Karena jumlah yang dirawat di rumah sakit semakin berkurang. Dengan demikian beban tugas dokter pun semakin berkurang. Nah ini yang harus kita jaga. Kita harus melindungi seluruh tenaga kesehatan kita, dokter dan juga perawat serta unsur nakes lainnya,” ujar Doni.
Editor: Rizal Bomantama