Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia: Pancasila Benteng Melawan Provokasi di Era Digital
JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Serian Wijatno memperingatkan di era digital, berita hoaks dan ujaran kebencian dapat dengan mudah menyebar sehingga memicu intoleransi serta perpecahan di masyarakat. Hal tersebut menjadi masalah dan tantangan terbesar yang dihadapi Pancasila saat ini.
Dia mengatakan, peringatan Hari Pancasila 1 Juni 2025 menjadi momen untuk bagi bangsa Indonesia merenungkan kembali salah satu tujuan utama kelahiran Pancasila adalah untuk memperkuat persatuan serta kesatuan bangsa dan negara. Dengan begitu, negeri ini tidak terpecah belah oleh adu domba yang diciptakan dari dalam maupun luar negeri.
"Era digitalisasi memungkinkan penyebaran informasi yang dapat memicu penyebaran berita hoaks, ujaran kebencian, dan konten negatif lain yang mengkhawatirkan, sehingga dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa," kata mantan atlet nasional badminton ini.
Kondisi itu diperparah oleh fakta banyak masyarakat yang masih belum memahami cara menggunakan teknologi digital secara bijak. Akibatnya, masyarakat rentan terhadap penyebaran informasi yang tidak benar yang dapat memicu konflik.
"Maka terpiculah polarisasi dan fragmentasi masyarakat, terutama jika masyarakat hanya berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang sama," tutur Serian yang telah lebih 30 tahun berkecimpung di dunia pendidikan.
Serian juga mengkritik lemahnya pengawasan dan regulasi yang mengatur ruang digital, yang memungkinkan penyebaran konten negatif dan berpotensi memicu konflik. Pada akhirnya, sebagian besar rakyat menjadi bergantung pada teknologi sehingga melupakan nilai-nilai luhur Pancasila dan lebih fokus pada kepentingan pribadi atau kelompok.
Pimpinan Yayasan Pendidikan salah satu kampus di Jakarta ini menyarankan, perlunya langkah-langkah konkret, seperti meningkatkan literasi digital, membangun kesadaran akan pentingnya nilai-nilai Pancasila, serta mengembangkan regulasi yang efektif untuk mengatur penggunaan teknologi digital.
Serian menekankan, Pancasila sebagai ideologi negara merupakan benteng yang kuat untuk menghadapi disrupsi informasi dan provokasi digital. Sebab, Pancasila memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi landasan moral bagi masyarakat Indonesia untuk hidup berdampingan secara damai.
"Nilai-nilai seperti toleransi, keadilan, dan persatuan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk menolak berita hoax dan ujaran kebencian yang dapat memicu konflik," kata Waketum Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia ini.
Ketua Dewan Pakar Formas ini pun menjabarkan makna kelima sila dalam Pancasila yang relevan untuk menghadapi tantangan era digital. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengajarkan untuk menghormati dan toleran terhadap perbedaan agama dan kepercayaan. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, masyarakat dapat menolak intoleransi dan membangun kerukunan antarumat beragama.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan pentingnya menghormati martabat dan hak asasi manusia. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, masyarakat dapat membangun persatuan dan menolak ujaran kebencian yang dapat memicu konflik.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, mengajarkan untuk memprioritaskan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, masyarakat dapat menolak berita hoaks yang dapat memicu perpecahan dan membangun persatuan bangsa.
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan, menekankan pentingnya musyawarah dan perwakilan dalam pengambilan keputusan. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, masyarakat dapat membangun masyarakat yang adil dan menolak keputusan yang dapat memicu konflik.
Terakhir, sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengajarkan untuk memprioritaskan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
"Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini, masyarakat dapat membangun masyarakat yang sejahtera dan menolak ketidakadilan yang dapat memicu konflik," kata Bendahara Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini.
Dia menegaskan, jika nilai-nilai Pancasila diterapkan secara serius oleh seluruh lapisan masyarakat, dari atas hingga akar rumput, maka Pancasila dapat menjadi tameng ampuh menghadapi tantangan era media sosial yang semakin kompleks.
"Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat menolak intoleransi dan adu domba yang diakibatkan oleh berita hoaks dan ujaran kebencian," katanya.
Editor: Maria Christina