Kisah Hanif yang Sempat Gagal Lolos IISMA 2 Kali, Kini Bakal Kuliah di Barcelona
JAKARTA, iNews.id - Kesempatan untuk berkuliah di luar negeri bisa didapat dari program IISMA atau Indonesian International Student Mobility Awards. Hal ini pun dimanfaatkan oleh mahasiswa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) bernama Hanif Azhar Istigfarna.
Hanif, sapaan akrabnya merupakan mahasiswa S1 Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa. Dia pun akan menjalani kuliah di Universitat Pompeu Fabra, Kota Barcelona, Spanyol.
Kesempatan ini tentu sangat berarti bagi Hanif. Sebab, sebelumnya di tahun 2022 dia pernah mencoba mendaftar di program yang sama, tetapi belum beruntung dan harus tertahan di tahap awal.
Dia tidak putus asa, kegagalan itu menjadi pelajaran berharga baginya. Ia pun kembali mencoba di tahun selanjutnya dan akhirnya berbuah manis.
Perjuangan Hanif lolos program tersebut penuh tantangan. Dia memenuhi sertifikat tes bahasa Inggris dan membuat esai karena dituntut memberikan uraian yang tepat secara singkat.
“Tantangannya kita hanya diberi limit 350 kata per pertanyaan. Sedikit banget dan kita harus jawab pertanyaan dengan baik dan benar, sehingga aku harus mencari kenalan untuk mereview esai alhamdulillah di KUI/OIA aku dibantu review esai di samping aku juga minta koreksi dosenku yang S3 di London,” kata dia dikutip dari laman resmi Unesa, Rabu (26/3/2023).
Selanjutnya pada tahap interview yang mana tahapan ini juga harus dipersiapkan dengan sangat baik bahkan Hanif juga sampai ikut pelatihan di ITS. Ia pun mengalami kegagalan hingga dua kali.
“Aku sudah mencoba 2 kali ikut meskipun gagal aku tetap mencoba hingga lolos di uji coba kedua, karena ini kesempatan terakhir aku bisa daftar IISMA jadi tekanannya sangat terasa. Sayang saja gitu kalau nggak nyoba kita nggak akan tahu rasanya. Jadi selama ada kesempatan harus dioptimalkan,” tuturnya.
Mahasiswa kelahiran 13 Januari 2002 ini juga aktif di berbagai kegiatan non-akademik, seperti organisasi dan volunter dibuktikan keterlibatannya dalam HMJ Bahasa Inggris selama dua periode dan sering mengikuti kepanitiaan BEM FBS UNESA.
Mahasiswa semester 6 ini bercerita bahwa motivasinya mengikuti IISMA di antaranya karena ingin merasakan pengalaman kuliah di luar negeri dan suasana belajar yang berbeda. Selain itu ingin memiliki relasi internasional dan mengembangkan diri lebih jauh lagi.
“Utamanya ingin belajar lebih banyak di luar negeri. Ini juga didorong dosen dan lingkungan yang menyarankan saya untuk mengejar program belajar ke luar negeri,” ujar dia.
Dia menambahkan, program IISMA tersebut akan dimulai semester depan dan selama satu semester dia akan belajar banyak hal di kampus yang berjarak sekitar 20 menit berkendara dari Camp Nou, stadion kebanggaan FC Barcelona tersebut.
Ada empat mata kuliah interdisipliner yang akan dia pelajari di sana. Pertama, Gender, Sexuality and Diversity: Past and Present. Mata kuliah ini menarik baginya dan apalagi memahaminya dalam perspektif masyarakat yang berbeda-beda.
Kedua, The Collectivity Revolution: Building a Global Community yang ditujukan bagaimana membangun komunitas global sesuai pengalaman di OIA sehingga dia ingin meningkatkan kemampuan terlebih untuk komunitas secara global.
Ketiga, Artificial Intelligence, Creativity, and the Arts yang mempelajari mengenai teknologi AI dalam dunia seni dan industri kreatif. Keempat, Art and Gender in Contemporary Spain, yaitu mata kuliah mempelajari dan mengunjungi tempat-tempat karya seni di Spanyol terkait sejarah dan ciri khasnya.
Hanif mengatakan, pemilihan Universitat Pompeu Fabra bukan tanpa alasan. Salah satunya karena sang Ayah yang merupakan mantan pemain sepak bola dan mengidolakan sang GOAT (Greatest of All Time), Lionel Messi, yang 19 tahun membela Blaugrana (Barcelona).
“Meski Messi sudah pindah klub, tetap saja Barcelona menjadi sesuatu yang istimewa. Ini bisa menjadi cerita dan kebanggaan tersendiri buat Ayah. Barcelona yang dulu melekat dengan Messi kini menjadi tempat belajar anaknya. Di sana saya bisa banyak belajar, Apalagi banyak museum. Ya, sekaligus mewujudkan impian orang tua,” tutur dia.
Tak lupa, ia pun membagikan tips agar lolos program IISMA, yakni harus mengembangkan skill dan minimal kemampuan bahasa asing. Kedua, manfaatkan kesempatan. Kalau gagal jangan menyerah, tetapi jadikan bahan bakar untuk kembali bangkit.
Ketiga, menyeimbangkan akademik dan non-akademik, karena di IISMA IPK juga menentukan. Keempat, ikut program belajar bahasa Inggris jauh-jauh hari dan secara berkala ikut tes untuk mengetahui level atau skor bahasa Inggris.
Kelima, konsultasi dengan awardee IISMA sebelumnya, termasuk untuk mengetahui bagaimana membuat esai. Selain itu, konsultasi dengan dosen atau kenalan sekaligus untuk mereview esai.
“Kalau sudah ikhtiar, kita serahkan dengan doa. Doa kita ya doa orang tua. Saya harap ke depan makin banyak mahasiswa UNESA yang lolos program IISMA,” tutup dia.
Editor: Puti Aini Yasmin