Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 5 Hari di Papua, Cinta Laura Bawa Pulang Oleh-Oleh Pelajaran Hidup!
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Jurnalis Ini Tembus Jalur Sulit ke Puncak Jaya Papua, Panjat Tebing Es Setinggi 25 Meter

Sabtu, 14 Agustus 2021 - 06:33:00 WIB
Kisah Jurnalis Ini Tembus Jalur Sulit ke Puncak Jaya Papua, Panjat Tebing Es Setinggi 25 Meter
Puncak Jaya atau Carstensz Pyramid di Papua merupakan puncak tertinggi di Indonesia yang berselimut salju. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Indonesia patut berbangga karena Puncak Jaya di wilayah Mimika, Papua masuk dalam daftar World Seven Summits atau Tujuh Puncak Dunia. Meski "hanya" memiliki tinggi 4.884 meter dari permukaan laut (mdpl), para pendaki gunung di seluruh dunia sepakat puncak yang memiliki nama lain Carstensz Pyramid ini punya jalur yang sulit untuk ditaklukkan.

Seperti yang dikisahkan almarhum Norman Edwin, jurnalis yang lekat sebagai pendaki gunung dan pecinta alam dalam buku "Norman Edwin Catatan Sahabat Sang Alam". Pendakian ke puncak tertinggi di Indonesia itu dilakukannya pada April 1981 bersama empat karibnya.

Saat itu dirinya berada dalam misi pencarian bangkai pesawat Dakota Belanda yang jatuh pada tahun 1963 di dinding selatan Pegunungan Jayawijaya. Bangkai pesawat itu ditemukan di ketinggian 4.200 mdpl berselimut salju putih.

Meskipun berada di wilayah tropis, Pegunungan Jayawijaya memiliki wilayah dengan salju abadi karena berada di ketinggian di atas 4.000 mdpl. Namun sayang salju abadi di wilayah khatulistiwa itu dilaporkan menyusut dari tahun ke tahun.

Setelah itu barulah tim dari Mapala UI ini berupaya menggapai Puncak Jaya dari jalur selatan. Diketahui jalur ini tidak lumrah dilewati. Sebab pendakian Puncak Jaya biasa dilakukan melalui jalur utara.

Dengan memanggul beban masing-masing tak kurang dari 15 kg, kelimanya menghadapi jalur yang tidak mudah. Tebing es yang terjal yang terkadang diselimuti kabut dan hujan menghadang mereka.

"Dinding terjal menghadang kami, batunya licin lantaran tersapu air hujan. Tono dan aku bergantian merayap menggapai pelataran di atas untuk memasang tali tetap atau fix rope agar rekan lain bisa naik dengan ascender. Ransel-ransel kami tarik ke atas dengan katrol kecil yang disangkutkan di celah batu dengan paku tebing," tulis Norman.

Perjalanan menegangkan seperti itu mewarnai pendakian mereka hingga dua hari ke depan. Tak hanya menghadapi suhu udara hingga minus dua derajat celcius, terkadang mereka menemukan sisa kotoran serigal di celah-celah tebing yang mereka lewati.

Pada 8 April 1981 mereka baru menyadari telah melewati dinding es setinggi 25 meter dengan kecuraman 70-80 derajat. Tanggal 9 April 1981, kelelahan dan kelaparan mulai menghantui mereka.

"Sudah lebih dari tiga hari perutku tidak diisi sepotong makanan. Hanya air dari salju yang selama ini masuk lewat kerongkongan. Perutku agak keberatan diisi dengan coklat, keju, cornflake, havermout, dan permen," katanya.

Namun semangat mereka kembali bergelora tatkala melihat Puncak Jaya dari balik kabut. Menyusuri tebing punggung barat Puncak Jaya, mereka melewati dua jurang kecil dengan tali dan karabiner.

Pukul 14.00 WIT mereka berhasil menjejakkan kaki di Puncak Jaya dengan ketinggian 4.884 mdpl. Tangis haru dan nyanyian lagu Indonesia Raya mengiringi keberhasilan mereka.

"Dan buat Mapala UI keberhasilan ini mendudukkan timnya sebagai yang pertama mendaki dari dinding selatan," tulisnya.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut