Kisah Mahasiswa Unej Ikut Kampus Mengajar: Hadapi Siswa Bawa Golok ke Kelas
JAKARTA, iNews.id - Mahasiswa Universitas Jember (Unej) mengalami pengalaman yang berbeda daripada yang lain saat mengikuti program Kampus Mengajar. Pasalnya, ia berhadapan dengan siswa yang membawa golok ke kelas.
Adalah Muhammad Taruna Aji yang mengalami hal tersebut. Ia merupakan peserta program Kampus Mengajar angkatan keempat dan mendapat tugas di SMPN 2 Sumberjambe, Jember.
Menurut Aji, sang anak membawa golok dan memainkannya dengan gaya menantang di dalam kelas. Hal itu pun tak terjadi sekali namun dilakukan juga oleh siswa lainnya.
“Saya kaget ketika ada murid yang sengaja membawa senjata tajam di kelas. Dia memainkan golok tadi dengan gaya menantang. Ternyata peristiwa ini bukan yang terakhir, sebab di lain waktu ada murid yang hendak berkelahi dengan kakak kelasnya menggunakan senjata tajam di sekolah,” ucap dia dikutip dari laman resmi Unej, Rabu (24/5/2023).
Tak cuma itu, kata Aji, ia juga menemukan banyak siswa yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus SMP. Kebanyakan dari mereka justru langsung bekerja atau menikah.
Ternyata, hal itu dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas. Alhasil, bersekolah hingga jenjang SMP pun menjadi hal yang mewah bagi masyarakat di sana.
"Mengetahui kondisi ini, kami tidak langsung melaksanakan program namun memilih melakukan pendekatan kepada siswa, orang tua dan warga sekitar. Kami berusaha menempatkan diri sebagai kawan ngobrol. Pokoknya jangan sampai deh merasa kita mahasiswa lantas kemudian memandang mereka lebih rendah. Alhamdulillah cara ini berhasil, siswa yang awalnya antipati mulai mau menerima kami,” kata Aji.
Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia ini dan rekan seperjuangan Kampus Mengajar pun menggelar sosialisasi bahaya pernikahan dini dan pencegahan stunting. Beberapa siswa pun mulai akrab kepadanya.
Alhasil, saat mengakhiri masa pengabdian mereka dilepas penuh haru. Mereka kini memiliki hubungan yang baik dengan siswa, guru dan warga hingga saat ini.
Ternyata di sekitar kita masih banyak saudara-saudara kita yang untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP saja sudah sebuah perjuangan luar biasa. Bagi kawan-kawan sesama mahasiswa, boleh diskusi dan penelitian hingga demonstrasi namun Indonesia membutuhkan aksi nyata. Kalau bukan kita lantas siapa, kalau bukan sekarang lantas kapan?" ujar Aji.
Editor: Puti Aini Yasmin