Kisah Pertemanan SBY-Prabowo, dari Lembah Tidar ke Koalisi Pilpres
JAKARTA, iNews.id - Pertemuan politik Prabowo Subianto dan SBY, begitu Susilo Bambang Yudhoyono biasa dipanggil, seperti memutar waktu ke masa 48 tahun silam.
Pada 1970, Ketua Umum Partai Gerindra dan Ketua Umum Partai Demokrat itu sama-sama menuntut ilmu di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Mereka masuk Akabri di tahun yang sama, 1970.
SBY lulus pada 1973 dan menyabet penghargaan Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik. Sementara karena suatu hal, Prabowo baru lulus setahun kemudian.
Prabowo, anak begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusomo, menyebut SBY yang putra Raden Soekotjo, pensiunan pembantu letnan satu dan petinggi Koramil di Pacitan itu, sebagai taruna teladan. Berbeda dengan dirinya yang dia deskripsikan sebagai taruna nakal.
Tapi nasib baik berpihak kepada keduanya. Karier militer mereka sama-sama moncer. SBY mengakhiri tugas sebagai Kepala Staf Teritorial TNI dengan pangkat terakhir letnan jenderal.
Sama dengan pangkat Prabowo yang menutup tugas militer sebagai Panglima Kostrad. Uniknya, kedua prajurit terbaik ini juga memiliki kesamaan di luar urusan militer, yakni sama-sama menikahi putri jenderal TNI.
Prabowo menyunting Siti Hediati Haryadi (Titiek Soeharto), sedangkan SBY menikahi Kristiani Herawati alias Ani, putri sulung Sarwo Edhie Wibowo, mantan Panglima RPKAD (kelak berubah nama menjadi Kopassus).
Putaran waktu membuat SBY dan Prabowo purna tugas. Berhenti dari karier militer yang membesarkan namanya, kedua tokoh ini terjun ke ladang pengabdian lain: politik.
Prabowo mendirikan Partai Gerindra dan SBY menakhodai Partai Demokrat. Jalan politik mendudukkan SBY dua kali sebagai Presiden RI, sedangkan Prabowo belum beruntung di arena pertempuran demokrasi rakyat itu. Dua kali dia gagal menuju tampuk kepemimpinan nasional.
(Foto: Antara/Sigid Kurniawan).
Namun seperti kala di militer, Prabowo seolah tak kenal lelah dan menyerah. Para kader dan konstituen telanjur bulat menyebut namanya untuk kembali bertarung di Pilpres 2019. Sebagai nakhoda partai, mantan Komandan Jenderal Kopassus TNI AD itu kudu menjawab kepercayaan tersebut.
Jalan menuju koalisi pun dirajut. Pertemuan demi pertemuan dengan elite parpol diretas. Silaturahmi dengan SBY pun seolah menjadi titik krusial menuju gelanggang pilpres pada tahun mendatang.
Diawali dengan Prabowo sowan ke kediaman SBY di Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7/2018) lalu. Kedekatan Demokrat dan Gerindra terbangun. Poros koalisi seolah tinggal penahbisan belaka.
Sesungguhnya bukan kali ini saja Prabowo bertemu SBY. Pada 4 Juli 2014, Prabowo yang ketika itu capres bersama cawapres Hatta Rajasa dan ketua umum Koalisi Merah Putih hadir di Cikeas. Mereka berbincang dengan SBY terkait dengan persiapan Pilpres 2014. Sayang, SBY tak memberikan dukungan langsung ke duet ini. Dia memilih netral.
Semua orang tahu, pilpres akhirnya dimenangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kini, lima tahun berselang sejak presiden baru itu dilantik, Prabowo kembali mengisi amunisi politiknya.
Pertemuan Prabowo dengan SBY pada Selasa lalu mencuatkan harapan di antara kedua parpol untuk berada dalam satu barisan. Ibarat tak ingin mengulang pengalaman lima tahun silam, Demokrat menyatakan jalan menuju koalisi dengan Gerindra sangat terbuka lebar.
Dan sekarang (Senin, 30/7/2018), setelah 48 tahun, Prabowo dan SBY kembali mengulang nostalgia Lembah Tidar. Jika dulu bahu membahu berlatih, kini keduanya saling bantu untuk menyelesaikan masalah bangsa.
Koalisi Gerindra, Demokrat (bisa jadi PKS dan PAN juga bergabung) terbuka luas dengan pernyataan tegas SBY: “Pak Prabowo adalah calon presiden kita.”
Editor: Zen Teguh