Kisah Prof Komarudin, Anak Petani Tukang Dedek Sukses Jadi Rektor UNJ 2 Periode
JAKARTA, iNews.id - Prof Komarudin terpilih kembali menjadi Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) di pemilihan Rektor UNJ periode 2023–2027 pada Juli lalu. Dia unggul 82 suara dari 113 suara sah.
Komarudin lahir di Indramayu. Dia merupakan anak kedelapan dari 9 bersaudara, namun lima saudaranya sudah meninggal dunia. Tinggal Komarudin bersama ketiga kakaknya yang masih hidup.
Dilansir situs UNJ, Selasa (26/9/2023), nama Komarudin sendiri diberikan oleh seorang ulama setempat, KH. Hasan Hariri melalui orang tuanya. Saat kelahiran kakaknya, orang tuanya meminta nama yang bagus kepada kiai.
Kiai pun memberi 2 nama Saepudin dan Komarudin. Ternyata orang tuanya memilih nama untuk kakaknya, Saepudin. Hingga saat kelahirannya kemudian, nama Komarudin langsung diberikan kepadanya oleh orang tuanya.
Komarudin berasal dari keluarga petani kecil, yang juga bekerja sebagai pengumpul sekam atau kulit padi, yang oleh orang setempat di penggilingan padi sekitar Jatibarang disebut “dedek”, sehingga kemudian ayahnya dikenal dengan istilah "tukang dedek".
Tingkat ekonomi keluarga Komarudin yang hanya "tukang dedek" dan penuh keterbatasan ini, tidak lantas membuat dirinya berkecil hati dalam mengenyam pendidikan. Komarudin tetap semangat dan berjuang dalam menjalani pendidikan.
Komarudin yang menghabiskan masa kecilnya di Desa Bulak, Jatibarang, Indramayu ini, menyelesaikan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bulak III Indramayu pada tahun 1977. Semasa bersekolah di SDN Bulak III Indramayu, dia dikenal sebagai siswa yang aktif dalam berorganisasi, olahraga, kegiatan sosial, serta berprestasi. Hal ini dibuktikan dengan predikat lulusan terbaik pada SDN Bulak III Indramayu.
Hal yang hampir sama juga dilakukan semasa Komarudin menempuh pendidikannya di jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Jatibarang Indramayu. Ia kembali menorehkan prestasinya semasa di SMPN I Jatibarang Indramayu dan menjadi lulusan terbaik pada tahun 1981.
Selepas lulus dari SMPN I Jatibarang Indramayu, dia diminta orang tuanya melanjutkan studi lanjutnya di salah satu SMAN unggulan di Cirebon karena prestasi dan nilai pelajaran yang bagus. Namun karena kekawatiran orang tua atas biaya sekolah dan keinginan untuk cepat bekerja, Komarudin kemudian melanjutkan studinya di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Indramayu.
Selama bersekolah di SPG, Komarudin memperoleh keseimbangan antara belajar dan organisasi. Hal ini terbukti, meski aktif berorganisasi dan sempat menjadi Ketua Umum OSIS selama satu tahun (1982-1983). Dia juga lulus dengan predikat sebagai lulusan terbaik SPGN Indramayu tahun 1984.
Pada tahun 1984, mengikuti Sipenmaru dan diterima di program studi D2 Keterampilan PKK. Lalu, karena alasan dan kondisi tertentu, pada tahun 1985 kembali mengikuti Sipenmaru dengan memilih Jurusan Pendidikan Moral Pancasila dan Kewarganegaraan (PMP–KN), FPIPS, IKIP Jakarta dan kemudian setelah mengikuti proses selama lima tahun lulus pada tahun 1990 dengan predikat lulusan terbaik FPIPS IKIP Jakarta.
Atas prestasi yang ditorehkannya, dia setelah lulus ditawari oleh Dekan FPIPS, Prof. M. Hasan, untuk mengabdi di almamaternya menjadi dosen. Tidak lama menjadi dosen, dia kemudian melanjutkan studi jenjang doktoralnya di Pascasarjana UNJ di Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan dan lulus tahun 2012.
Atas capaian prestasi dalam bidang akademik, Prof. Komarudin pada Juni 2020 lalu meraih jabatan akademik sebagai Guru Besar Tetap UNJ dalam Bidang Ilmu “Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan” yang dikukuhkan pada tanggal 18 Juni 2021.
Editor: Faieq Hidayat