Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Daftar 8 Perang dan Konflik yang Dihentikan Trump, dari Gaza hingga Sengketa Sungai Nil
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Santri China dan Ulama Ikut Pangeran Diponegoro Perangi Belanda

Minggu, 24 April 2022 - 07:51:00 WIB
Kisah Santri China dan Ulama Ikut Pangeran Diponegoro Perangi Belanda
Pangeran Diponegoro mendapat dukungan penuh dari para santri dan tokoh agama Islam untuk berperang melawan Belanda. (Foto: dok Sindonews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pangeran Diponegoro mendapat dukungan penuh dari para santri dan tokoh agama Islam untuk berperang melawan Belanda. Beberapa elemen dari kedua kelompok ini bahkan bergabung dalam pasukan sang pangeran yang bermarkas di Gua Selarong.

Tercatat ada sekitar 200 nama orang santri dan santriwati yang bergabung dalam pasukan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa. Dikutip dari buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1825" dari Peter Carey, bahkan terdapat santri peranakan China dan Arab yang ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro.

Tak ketinggalan golongan santri istana yang merupakan anggota hierarki pejabat resmi Islam dan resimen pasukan yang direkrut dari para santri keraton. Beberapa di antaranya Suranatan dan Suryogomo serta penduduk desa-desa bebas pajak di Yogyakarta dan pondok-pondok pesantren.

Kelompok besar lain dibawa oleh Kiai Mojo ketika dia bergabung dengan Pangeran Diponegoro di Selarong awal Agustus. Kelompok ini merupakan anggota keluarga besarnya dan para santrinya yang datang dari tiga pesantren di Mojo dan Baderan, dekat Delanggu, dan Pulo Kadang dekat Imogiri.

Delapan pemuka agama dan pejabat masjid serta sepuluh guru agama atau kiai guru juga menjadi bagian dari pasukan Pangeran Diponegoro. Mereka ini juga termasuk para pemimpin pondok pesantren mulai dari Bagelan, Kedu, Mataram, Pajang, Ponorogo, dan Madiun. Sisanya yang 121 orang disebut kiai, suatu istilah yang secara longgar dipakai di Jawa sebagai gelar kehormatan bagi sepuluh desa, guru agama serta guru kebatinan.

Konon para pemuka agama dan pondok pesantren ini percaya Pangeran Diponegoro memiliki kekuatan magis yang membuatnya bisa terbang dan mempengaruhi cuaca. Hal ini yang membuat para pemimpin pondok pesantren mencoba meminta jimat hidup berupa darah dari pangeran, dalam diri saudara perempuan Pangeran yaitu Raden Ayu Sosrodiwiryo untuk memperat ikatan kekerabatan dengan Pangeran Diponegoro.

Dikisahkan para santri dan tokoh agama ini merapat ke Pangeran Diponegoro karena adanya peristiwa saat ribuan tokoh agama dan kaum kerabatnya dibantai di alun-alun Keraton Plered sekitar tahun 1650. Perang-perang suksesi di Jawa pada akhir abad ke-17 hingga awal abad ke-18 menjadi saksi ketegangan antara keraton dengan kauman, sebuah komunitas agama yang kuat.

Para ulama yang dihormati, seperti ulama di Kajoran, Panembahan Rama ikut memberontak melawan kekuasaan raja. Hal ini sama dengan pemberontakan yang dipimpin oleh bangsawan muda asal Madura yang saleh bernama Raden Trunojoyo di tahun 1676-1680.

Komitmen pribadi Pangeran Diponegoro terhadap Islam dan kontak-kontaknya yang luas dengan para santri di Jawa tengah bagian selatan menjadikan Pangeran Diponegoro dianggap seorang bangsawan Jawa, tetapi tidak seperti bangsawan umumnya.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut