Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kisah Sunan Bonang, Maestro Dakwah Islam Lewat Gamelan dan Puisi Mistikal
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Sunan Drajat, Walisongo yang Gemar Sedekah ke Fakir Miskin dan Orang Sakit

Jumat, 06 Juni 2025 - 09:10:00 WIB
Kisah Sunan Drajat, Walisongo yang Gemar Sedekah ke Fakir Miskin dan Orang Sakit
Sunan Drajat salah satu Wali Songo yang mendakwahkan Islam di Pulau Jawa. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Dalam sejarah penyebaran Islam di Tanah Jawa, nama Sunan Drajat bukan sekadar dikenal sebagai salah satu dari Walisongo. Lebih dari itu, dia dikenang sebagai sosok yang hidup sepenuhnya untuk orang lain, yakni para anak yatim, fakir miskin dan orang-orang sakit.

Kepedulian sosialnya melampaui zamannya dan bahkan menjadi pelajaran yang tetap relevan hingga hari ini.

Lahir dari Darah Ulama, Tumbuh dalam Jiwa Sosial

Memiliki nama kecil Raden Hashim, Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel, ulama besar yang berjasa dalam mendirikan Pesantren Ampeldenta dan menyebarkan Islam di Jawa Timur.

Sejak kecil, Hashim dididik dalam lingkungan yang taat dan penuh nilai-nilai Islam. Keistimewaan dan kecerdasannya sudah tampak sejak dini hingga kemudian ia dikenal dengan nama Raden Syarifudin dan bergabung dalam barisan Walisongo, sembilan wali utama penyebar Islam di Nusantara.

Namun yang membuat Sunan Drajat benar-benar menonjol di antara para wali bukan hanya dakwahnya, tapi jiwa sosialnya yang luar biasa.

Sunan Drajat dikenal sebagai seorang dermawan besar. Dalam kehidupan sehari-hari, dia gemar menyantuni anak yatim, orang miskin dan mereka yang sedang sakit. Tak hanya menyampaikan dakwah lewat lisan, dia juga memberi contoh lewat tindakan nyata, berbagi kepada yang membutuhkan.

Ajarannya tegas, agama bukanlah sekadar ibadah personal, melainkan juga kewajiban sosial. Dia mengutuk kemewahan di tengah kemiskinan dan menekankan pentingnya hidup dalam kesederhanaan dan berbagi.

Bagi Sunan Drajat, Islam adalah agama kolektivitas, gotong royong dan persaudaraan. Dia sangat menentang gaya hidup egois yang hanya mementingkan diri sendiri, sementara tetangga hidup dalam derita.

Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip egalité dan fraternité yang bahkan baru dikenal di dunia Barat pada abad ke-18. Sementara jauh sebelumnya, Islam lewat ajaran para wali seperti Sunan Drajat telah lebih dulu mengajarkan persaudaraan dan keadilan sosial.

Tak hanya dalam dakwah dan sosial, Sunan Drajat juga dikenal sebagai pencipta gending Pangkur, salah satu karya budaya yang sarat makna moral dan spiritual. Ini menjadi bukti dakwah Sunan Drajat tidak kaku, melainkan penuh pendekatan budaya yang bisa diterima masyarakat Jawa pada masanya.

Selain berdakwah, Sunan Drajat turut menyokong berdirinya Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Peran ini memperkuat pengaruh dakwah Islam sekaligus memperlihatkan bahwa peran Sunan Drajat tidak hanya spiritual, tapi juga politis demi mewujudkan tatanan sosial yang adil.

Dia aktif membantu masyarakat lemah bukan untuk nama, tetapi karena panggilan jiwa. Bagi Sunan Drajat, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.

Warisan Sunan Drajat

Meski telah ratusan tahun berlalu sejak wafatnya, ajaran dan teladan Sunan Drajat masih sangat relevan. Di tengah masyarakat yang semakin individualistik, semangat berbagi dan menolong yang ia wariskan menjadi napas moral yang penting untuk dijaga.

Di Lamongan, Jawa Timur, makamnya masih ramai diziarahi. Bukan sekadar tempat berdoa, tetapi juga tempat belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya: berbuat baik tanpa pamrih.

Editor: Donald Karouw

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut