Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Heboh, Jemaah Pria Loncat dari Lantai Atas Masjidil Haram
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Syekh Jalaludin Abdul Mutalib Tolak Permintaan Ustaz Abdul Somad dengan Senyum

Rabu, 20 Mei 2020 - 04:00:00 WIB
Kisah Syekh Jalaludin Abdul Mutalib Tolak Permintaan Ustaz Abdul Somad dengan Senyum
Ustaz Abdul Somad. (Foto: Antara).
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Berguru ke Makkah, Arab Saudi menjadi impian Ustaz Abdul Somad sejak kecil. Dai kondang itu berhasrat besar memperdalam ilmu agama ke ulama-ulama di negara itu.

Begitu besar hasratnya, UAS seakan tidak sabar. Pada 1993 saat dirinya masih bersekolah di madrasah tsanawiyah (setara SMP), bersama sepupu dari ibunya UAS datang ke rumah Syekh Jalaludin Abdul Mutalib.

Syekh Jalaluddin ketika itu merupakan imam Masjid Raya Sultan Deli, Medan, Sumatera Utara. Seusai Salat subuh, UAS datang bertamu.

"Saya datang ke rumah beliau. Saya katakan, 'Syekh saya mau ke Makkah’. Waktu itu saya enggak mengerti Mesir, enggak mengerti Maroko, enggak tahu Sudan," kata UAS dalam acara Bincang Ramadan Bersama Aa Gym yang disiarkan iNews, Selasa (18/5/2020) malam.

Ustaz Abdul Somad (UAS) berbincang dengan Aa Gym dalam acara Bincang Ramadan yang disiarkan iNews, Selasa (19/5/2020) malam. (Foto: iNews).
Ustaz Abdul Somad (UAS) berbincang dengan Aa Gym dalam acara Bincang Ramadan yang disiarkan iNews, Selasa (19/5/2020) malam. (Foto: iNews).

Alih-alih impiannya terkabul, mendengar permintaan UAS, Syekh Jalaludin hanya tersenyum. Ulama besar itu lantas menasihati Somad.

"Kata dia, ‘kamu selesaikan dulu sekolah dan nanti ketika sudah selesai SMA baru datang ke sini lagi’," ucap Somad menirukan pesan Syekh Jalaluddin.

Setelah beberapa tahun, UAS akhirnya mengerti arti senyum tersebut. Menurut dia, senyum Syekh Jalaludin itu bermaksud menolak tapi tanpa merendahkan.

UAS lantas menggambarkan, jika saat ini ada anak SMP datang padanya dan minta diberangkatkan ke Makkah, mungkin yang terpikir yaitu penolakan.

Berangkat menimba ilmu pada akhirnya memang kesampaian, tapi tidak langsung ke Makkah. "Walaupun akhirnya saya berangkat tahun 1998 dan itu pun saya sampai ke Mesir," tutur penceramah lulusan Al Azhar, Kairo ini.

Dalam perbincangan itu, UAS juga menceritakan masa kecilnya yang banyak mendengarkan cerita tentang tokoh-tokoh ulama besar. Menurut dia, keberadaan ulama sebagai panutan khalayak ramai itu diperlukan.

"Itulah pentingnya kita bercerita sosok ulama ke generasi kita supaya mereka punya cita-cita dan juga punya tokoh idola," ucap doktor alumnus Oumdurman Islamic University, Sudan tersebut.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut