Komisi IV DPR Sesalkan Hutan Lindung Danau Toba Terbakar, Pemerintah Harus Sigap Antisipasi
JAKARTA, iNews.id - Anggota Komisi IV DPR, Daniel Johan menyesalkan kebakaran hutan lindung Siarubung/Dolok Sijonah dalam kawasan wisata Danau Toba di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut). Kebakaran tersebut juga diatasi dengan keterbatasan alat pemadam.
“Kami sangat menyesalkan karhutla lagi-lagi kembali terjadi, apalagi kebakaran terjadi di hutan lindung yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan kita,” kata Daniel Johan, Jumat (19/7/2024).
Adapun karhutla yang terjadi mulai Minggu (14/7) lalu di kawasan dekat Desa Aek Sipitudai, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Samosir itu melahap padang ilalang dan pohon pinus yang tumbuh di perbukitan tersebut.
Petugas kesulitan memadamkan api karena lokasi kebakaran merupakan daerah perbukitan terjal tanpa akses jalan yang dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran. Belum lagi angin kencang, ilalang kering, dan musim kemarau membuat api semakin cepat meluas.
Daniel pun memberi catatan kepada pemerintah karena kurangnya antisipasi untuk menghadapi karhutla.
“Karhutla ini selalu berulang setiap tahunnya di saat musim kemarau. Pemerintah harusnya lebih sigap dalam melakukan antisipasi. Siapkan sarana pemadam karhutla yang maksimal!” tegasnya.
Akibat keterbatasan alat dan personel dalam menjangkau kawasan yang terbakar, petugas tidak bisa mengakses beberapa titik api besar. Sebenarnya mobil pemadam kebakaran dan pompa air bertekanan tinggi telah dikerahkan, tapi tidak semua titik api bisa diakses. Akhirnya petugas melakukan pemadaman manual dengan memukul-mukul api untuk mencegah penyebaran api.
“Pemerintah seharusnya siapkan helikopter water bombing di daerah-daerah yang kerap terjadi karhutla, termasuk di kawasan Danau Toba,” terang Daniel.
“Khususnya saat musim kemarau seperti sekarang sehingga saat ada muncul karhutla, api bisa langsung cepat dipadamkan dan tidak semakin menyebar,” sambung Daniel.
Daniel menilai pemerintah kurang memberi perhatian untuk penanganan karhutla yang terus menerus terjadi. Bahkan karhutla di kawasan Danau Toba ini lebih luas dibanding tahun lalu dan area yang terbakar sebagian besar adalah lahan kritis di perbukitan yang sudah mengering, khususnya di Kecamatan Harian dan Sianjur Mula-Mula.
“Ini cukup ironi ya. Karhutla di area Danau Toba yang merupakan kawasan strategis nasional dan destinasi pariwisata superprioritas hanya ditangani ‘seadanya’ saja dan tidak cukup dianggap penting untuk mendapat sarana terbaik,” tukas Daniel.
Untuk diketahui, lokasi karhulta tersebut juga berdekatan dengan Geopark Kaldera Toba yang masuk sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGGp). Menurut Daniel, seharusnya Pemerintah memberi concern lebih apalagi pada tahun 2023 lalu UNESCO telah memberi kartu kuning karena pemerintah Indonesia dinilai kurang aksi untuk terus mempromosikan Kaldera Toba.
“Jika tak ada perbaikan ke depan, termasuk dalam penanganan karhutla, bisa-bisa status Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark benar-benar bisa dicabut,” katanya.
Editor: Faieq Hidayat