JAKARTA, iNews.id - Survei bertajuk 'Kajian Suara Anak: Mengedepankan Perspektif Anak dalam Program Makan Bergizi Gratis' mengungkapkan, program MBG yang menjadi primadona pemerintah terbukti bermanfaat. Namun, menu yang ditawarkan belum sesuai selera anak.
Survei ini disusun dengan dukungan dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) dan Wahana Visi Indonesia (WVI). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun terlibat di dalamnya.
3 Alasan Donald Trump Jadikan Arab Saudi sebagai Sekutu Utama AS Non-NATO
Dari survei tersebut, salah satu masukan yang ditemukan peneliti anak ialah pentingnya pelibatan bermakna anak dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) di lapangan. Apa maknanya?

Disampaikan Wakil Ketua KPAI Jasra Putra, diperlukan pelibatan bermakna anak sekolah dalam semua proses MBG dari perencanaan menu, pemberian edukasi gizi dengan pendekatan teman sebaya, hingga evaluasi pelaksanaan MBG di sekolah melalui mekanisme diskusi terpimpin maupun survei umpan balik yang bisa memberikan rasa aman kepada siswa.
BGN Ajukan Tambahan Anggaran Rp28,6 Triliun, Bangun Dapur MBG di Wilayah Terpencil
KPAI juga meminta program MBG harus memastikan hak anak terpenuhi dengan menjamin kualitas gizi dan keamanan pangan. Itu dapat dilakukan dengan melalui penerapan standar yang ketat serta mewujudkan lingkungan pangan sehat melalui pendekatan lintas sektor, khususnya dinas kesehatan dan pendidikan dalam program MBG.
"Pemerintah juga harus mendorong masyarakat terlibat atau bekerja sama dalam mendukung, dan memantau pelaksanaan program MBG, serta memastikan tidak ada lagi intimidasi maupun bentuk kelalaian lain dalam pelaksanaan MBG yang berdampak terhadap kondisi fisik maupun psikis anak sebagai penerima manfaat dari program MBG," kata Jasra dalam konferensi pers daring, Rabu (12/11/2025).
BGN Targetkan 25.400 Dapur MBG Beroperasi, Saat Ini Baru 14.863 SPPG
Anak-Anak Belum Dilibatkan Menentukan Menu MBG
Ketua KPAI Margaret Aliyatul Maimunah menilai, saat ini pemerintah belum melibatkan anak-anak dalam menentukan menu, sehingga ada sebagian anak yang tidak menyukai makanan yang disediakan.
"Selama ini, kita lebih sering mendengar perspektif dari orang dewasa mengenai MBG, melalui kajian ini kami ingin mendengar apa yang disuarakan anak. Kami berharap peluncuran kajian yang disampaikan hari ini bisa menjadi masukkan bagi perbaikan pelaksanaan program MBG ke depannya," ucap Margaret.
KPAI, CISDI, dan WVI membuat kajian ini untuk mendorong pelibatan bermakna anak dalam program MBG. Melalui kajian ini, anak berani membagikan pengalaman dan masukan secara langsung mengenai pelaksanaan MBG.
"Selama ini, kami menilai pelibatan anak masih sangat terbatas sebagai objek dalam program MBG. Tidak seperti praktik di negara lain, anak-anak di Indonesia belum dilibatkan dalam penentuan menu, edukasi gizi, hingga evaluasi program di sekolah mereka," kata Olivia Herlinda, Chief of Research and Policy CISDI.
KPAI meminta agar setiap stakeholder yang terkait dengan program MBG mendengarkan suara anak.
Editor: Muhammad Sukardi
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku