Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Diperdengarkan di Kongres Pemuda Pakai Biola Tanpa Lirik, Kenapa?
JAKARTA, iNews.id - Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 di Jakarta. Dalam kesempatan itu, lahir pula ‘Putusan Kongres Pemuda-pemuda Indonesia’, yang selanjutnya dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Lagu Indonesia Raya merupakan ciptaan WR Supratman. Pria kelahiran 19 Maret 1903 itu adalah seorang komponis, guru, sekaligus jurnalis di Bandung dan Batavia. Melansir laman Kemendikbud, WR Supratman rajin menulis artikel untuk diterbitkan di beberapa surat kabar, seperti Sin Po, Kaoem Moeda, dan Kaoem Kita.
Jurnalis asal Purworejo ini terlibat dalam Kongres Pemuda ketika melihat pengumuman di majalah asal Solo, Timboel. Dalam pengumuman tersebut, para komponis Tanah Air diajak untuk membuat lagu kebangsaan.
Hal ini pun menarik hati serta minat Soepratman untuk turut andil. Selain meliput jalannya kongres, WR Supratman juga berhasil menemui Ketua Kongres yang juga rekan Soekarno, Sugondo Djojopuspito. Pada momen tersebut, Sugondo langsung meminta Supratman untuk membawakan lagu buatanya ketika kongres berlangsung.
Dalam lagu yang diberi judul Indonesia Raya itu, Supratman menggambarkan semangat juang dan cita-cita pemuda di Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Sayangnya, lagu tersebut tidak dibawakan dengan lirik karena kongres berjalan dengan penjagaan pihak kepolisian Belanda.
Lagu tersebut diperdengarkan hanya melalui instrumen alunan biola yang dimainkan Supratman. Disebutkan dalam laman Museum Sumpah Pemuda, sebenarnya saat itu Supratman membawa naskah lagu berisi lirik dan kotak biolanya. Tanpa ragu, Sugono Djojopuspito menunjukkan lirik tersebut ke beberapa pejabat Hindia-Belanda, salah satunya van Der Plas.
Akan tetapi, van Der Plas justru menyuruh Gondo untuk menunjukkannya ke Komisaris Polisi, der Vlugt. Sugondo ragu untuk menunjukkan ke der Vlugt dan memilih menghampiri Supratman. Ia mengatakan bahwa lagu tersebut boleh dimainkan, namun tanpa lirik.Supratman pun menyanggupi.
Hadirin pun mendengarkannya dengan khidmat. Lagu Indonesia Raya yang diperdengarkan saat itu hanyalah bait pertama atau satu stanza saja. Padahal, lagu tersebut berisi tiga stanza. Naskah dalam lagu Indonesia Raya baru disebarluaskan pada November 1928.
Editor: Puti Aini Yasmin