Lambang Kopassus, Arti dan Filosofi Korps Baret Merah
JAKARTA, iNews.id – Lambang Kopassus mencerminkan jiwa, semangat, sejarah serta visi dan misi Komando Pasukan Khusus. Korps Baret Merah ini genap berusia 69 tahun pada 16 April 2021.
Cikal bakal Kopassus dimulai ketika pada 16 April 1952 Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Pembentukan Kesko ini didasari pengalaman Kawilarang ketika menghadapi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950.
Dikutip dari laman resmi Kopasssus, Kawilarang saat itu merupakan Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi. Atas pemberontakan itu, Kawilarang membentuk operasi tempur yang dikomandani Letkol Slamet Riyadi.

Operasi tersebut memang berhasil menumpas gerakan RMS, namun korban dari TNI juga tidak sedikit. Setelah dikaji, pasukan musuh dengan kekuatan relatif kecil ternyata mampu menggagalkan serangan TNI yang lebih besar. Bagaimana bisa?
Ternyata kekuatan musuh bukan terletak pada perlengkapan yang memadai, tetapi pada pengalaman, kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan. Peristiwa ini mengilhami Kolonel Slamet Riyadi untuk membentuk satuan pemukul yang dapat digerakkan cepat dan tepat guna menghadapi pertempuran di medan berat sekali pun.
Ketika Slamet Riyadi gugur dalam pertempuran di Ambon, gagasan itu diteruskan AE Kawilarang. Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Terirorium III No 55/Instr/PDS/52 tertanggal 16 April 1952 terbentuk lah Kesatuan Komando Teritorium III.
Komandan pertama Kesko TT yakni Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan prajurit komando Inggris Nomor 10 (Inter Allied) Commando dan Regiment Speciale Troepen KNIL. Idjon juga mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser.
Dalam perjalannya, satuan ini mengalami berbagai perubahan. Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.
Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun.
Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus hingga kini.
Kopassus dikenal sebagai pasukan elite TNI AD. Jumlah pasti anggota kesatuan ini dirahasiakan. Dalam perjalanannya, berbagai operasi tempur dilalui Kopassus demi NKRI.
Spesifikasi Kopassus antara lain anti-gerilya, operasi pengintaian khusus, peperangan unkonvensional, intelijen, sabotase, dan anti-teror. Pasukan ini memiliki slogan, “Lebih baik pulang nama daripada gagal di medan laga.”
Sebagaimana kesatuan lain, Kopassus juga memiliki lambang atau logo. Lambang ini tertera di Pataka Kopassus juga pada emblem yang melekat di Baret Merah mereka.

Berdasarkan sejarah, emblem dirancang oleh Letda Inf Dodo Sukanto pada 1955 yang saat itu menjabat perwira Biro Pengajaran. Dia dibantu juru gambar Sersan Hasan.
Lambang memadukan unsur Komando (gambar pisau komando), unsur laut atau air (digambarkan dalam bentuk jangkar) dan udara (digambarkan sepasang sayap) yang dibingkai oleh tali komando.
Berikut elemen Lambang Kopassus:
a. Pisau Komando terhunus tegak lurus keatas.
b. Sayap.
c. Jangkar.
d. Bingkai pengikat segi delapan.
e. Tulisan “Tribuana Chandraca Satya Dharma”.
Arti:
1. Pisau Komando terhunus tegak lurus menunjukkan tugas pokok di darat.
2. Jangkar menunjukkan tugas Kopassus di laut.
3. Sayap menunjukkan tugas Kopassus di udara.
4. Bingkai melambangkan ikatan jiwa Korps Kopassus.
Tulisan:
1. Tribuana (tiga jagad)
Berarti: Sebagai manusia hamba Tuhan yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna maka dalam pribadinya terdiri dari tiga unsur yaitu cipta, rasa dan karsa yang harus diaktualisasikan sebagai karya nyata. Sebagai prajurit harus mampu berkiprah di tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
2. Chandraca
Berarti: sebagai senjata ampuh berbentuk tombak bermata tiga dan hanya digunakan pada saat terakhir dalam pertempuran. Senjata ampuh yang berbentuk kecil menggambarkan bahwa Pasukan Khusus meletakkan kemampuan di atas jumlah dan digunakan untuk tugas-tugas yang bernilai strategis.
3. Satya Dharma:
Berarti: Kesetiaan dan dedikasi sebagai sifat yang tidak terpisahkan dari sifat luhur prajurit yang dijiwai Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
“Tribuana Tribuana Chandraca Satya Dharma: prajurit yang telah menguasai taktik dan teknik ilmu perang khusus, mahir dan andal bergerak secara cepat di berbagai medan baik di darat, laut, dan udara. Berjiwa patriotik yang tinggi, senantiasa siap sedia melaksanakan tugas pokok ke setiap penjuru dan siap menghadapi berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan NKRI berlandaskan Pancasila,” bunyi laman resmi Kopassus dikutip Kamis (15/4/2021).
Editor: Zen Teguh