Latar Belakang Kerajaan Kutai dan Sejarahnya
JAKARTA, iNews.id - Latar belakang Kerajaan Kutai selalu menjadi topik hangat di kalangan ilmuwan sejarah. Kerajaan ini merupakan Kerajaan Hindu tertua yang ada di Indonesia.
Terletak di kawasan Muara Kaman, tepi Sungai Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur, kerajaan ini berdiri sekitar tahun 400-500 Masehi, sesuai dengan bukti prasasti yang ditemukan atau biasa disebut Yupa.
Dalam Yupa tersebut, tidak disebutkan secara jelas nama kerajaan yang dimaksud.
Oleh sebab itu, para ahli menyebut kerajaan itu dengan nama Kerajaan Kutai, menyesuaikan dengan nama tempat ditemukannya prasasti.
Meskipun minim informasi mengenai nama kerajaan, tercatat 21 Maharaja yang memerintah Kerajaan Kutai.
Kerajaan Kutai berdiri setelah mendapat pengaruh dari India. Sebelumnya, orang-orang di wilayah kerajaan tersebut menjalin hubungan baik dalam bidang perniagaan dengan para pedagang dari India.
Bukti pengaruh India terhadap salah satu Kerajaan Nusantara ini tertulis dalam sebuah Yupa yang dibuat sekitar abad ke-5. Dalam Yupa tersebut, digunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Sebagaimana yang telah diketahui, Sansekerta merupakan bahasa Hindu asli. Sedangkan huruf Pallawa adalah huruf yang digunakan oleh penganut Hindu di India Selatan sekitar tahun 400 Masehi.
Setelahnya, orang-orang Kutai yang semula berbentuk sekelompok masyarakat dan dipimpin oleh kepala suku berubah menjadi kerajaan dan dipimpin oleh seorang raja. Sementara itu, raja pertama dari Kerajaan Kutai adalah Kudungga, yang merupakan orang Kutai asli dan beragama Hindu.
Masa kejayaan Kerajaan Kutai adalah saat kerajaan ini dipimpin oleh Raja Mulawarman. Ia merupakan anak dari Raja Aswawarman yang mendapat gelar 'Wangsakerta' atau pembentuk keluarga.
Raja Aswawarman sendiri adalah putra kandung dari Raja Kudungga. Dengan demikian, Raja Mulawarman adalah generasi ketiga dari Raja Kudungga yang memimpin Kerajaan Kutai.
Raja Mulawarman tercatat sebagai pemeluk agama Hindu-Siwa. Ia sering disamakan dengan Dewa Matahari karena begitu dekat dengan rakyat biasa hingga kaum Brahmana.
Selain itu, Raja Mulawarman dikenal sebagai pemimpin yang sangat dermawan. Ia pernah memberi 20.000 ekor lembu kurban untuk kaum Brahmana dan membagikan emas untuk rakyatnya.
Karena dipimpin oleh raja yang bijaksana, kondisi politik Kerajaan Kutai saat itu sangat stabil. Dalam Yupa disebutkan bahwa takhta Raja Mulawarman sangat kuat.
Raja Mulawarman juga mendorong banyaknya kaum terdidik yang menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa atau biasa disebut golongan Brahmana dan Ksatria. Sementara di sisi rakyat biasa, sang raja begitu menyejahterakan rakyatnya yang bercocok tanam dan beternak.
Tak hanya itu, perniagaan Kerajaan Kutai bahkan diperkirakan sudah terhubung dengan sejumlah negara, seperti Cina, Filipina, dan India. Raja Mulawarman juga menetapkan upeti bagi pedagang luar yang ingin bertransaksi di wilayah Kutai, sehingga kerajaan ini juga memperoleh pemasukan lain dari pajak.
Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
Maharaja Marawijaya Warman
Maharaja Gajayana Warman
Maharaja Tungga Warman
Maharaja Jayanaga Warman
Maharaja Nalasinga Warman
Maharaja Nala Parana Tungga
Maharaja Gadingga Warman Dewa
Maharaja Indra Warman Dewa
Maharaja Sangga Warman Dewa
Maharaja Candrawarman
Maharaja Sri Langka Dewa
Maharaja Guna Parana Dewa
Maharaja Wijaya Warman
Maharaja Sri Aji Dewa
Maharaja Mulia Putera
Maharaja Nala Pandita
Maharaja Indra Paruta Dewa
Maharaja Dharma Setia
Setelah dipimpin oleh 21 raja, Kerajaan Kutai akhirnya runtuh di tangan Raja Dharma Setia. Sang raja meninggal dunia dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13 yang bernama Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi sebuah kerajaan Islam. Rajanya berganti gelar menjadi ‘Sultan’ sejak tahun 1735.
Demikianlah Latar Belakang Kerajaan Kutai. Semoga bermanfaat.
Editor: Komaruddin Bagja