Lika-Liku Fahmi Darmawansyah, Suami Inneke yang Kembali Ditangkap KPK

JAKARTA, iNews.id – Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengamankan enam orang dalam operasi tangkap tangan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Sukamiskin Bandung, Jawa Barat. Selain Kalapas Wahid Husen, terdapat juga artis Inneke Koesherawati dan suaminya, Fahmi Darmawansyah.

Operasi penangkapan berlangsung dari Jumat (20/7/2018) malam hingga Sabtu (21/7/2018) dini hari. Petugas KPK langsung membawa mereka ke Gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan.

Polusi Udara Melanda New Delhi, Warga Serukan Demonstrasi Massal

Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengakui enam orang diamankan dalam penindakan di Bandung. Selain itu, sejumlah barang bukti juga diamankan.

”Antara lain uang tunai rupiah dan valas yang saat ini sedang dihitung. Selain itu diamankan juga kendaraan,” kata Laode di Jakarta, Sabtu (21/7/2018). Dia enggan mengungkapkan perkara yang terkait dengan penangkapan ini. ”Hasilnya nanti akan disampaikan melalui konferensi pers,” kata dia.

Kemunculan nama Fahmi Darmawansyah cukup mengejutkan. Pengusaha muda ini sebenarnya berstatus terpidana kasus korupsi dan sudah menjalani hukuman 1,5 tahun di penjara sejak ditahan pada Desember 2016.

Nama Fahmi menyita perhatian publik ketika menikah dengan Inneke Koesherawati pada 2 April 2004. Siapa tak kenal Inneke? Di era 1990-an dia dikenal sebagai salah satu artis papan atas Indonesia.

Akad nikah berlangsung di Menteng dan resepsi digelar di Menara Saidah, Jakarta Selatan. Bukan hal aneh meningat Fahmi adalah putra pemilik Menara Saidah, Saidah Abu Bakr Ibrahim. Dengan status Fahmi sebagai pengusaha muda, pernikahan selebritas itu pun berlangsung glamour.

Inneke merupakan selebritas kedua yang dinikahi Fahmi. Pada 1993 dia membina biduk rumah tangga dengan artis sinetron Yana Zein. Namun perjalanan rumah tangga itu berakhir dengan perceraian.

Sebagai pebisnis, Fahmi dikenal pula sebagai Direktur Utama PT Merial Esa dan PT Melati Technofo Indonesia. Belakangan, sepak terjang bisnis itu yang mengantarkannya ke penjara.

Bermula dari lelang proyek pengadaan satelit monitoring di Bakamla. Staf Khusus Kepala Bakamla Ali Fahmi alias Fahmi Habsyi disebut mendatangi Fahmi Darmawansyah pada Maret 2016 dan menawarinya ikut lelang. Proses pun berjalan. Namun untuk menang ada ongkos komitmen yang harus dibayar.

Dalam perjalanannya Fahmi memenangkan tender proyek itu. Tetapi, KPK membongkar dugaan suap di balik proyek yang awalnya bernilai Rp400 miliar, lalu menjadi Rp222 miliar ini. Sejumlah orang dekat Fahmi ditangkap, yakni Hardy Stefanus dan M Adami Okta.

Fahmi sempat disebut kabur ketika hendak ditangkap KPK. Namun, belakangan kuasa hukumnya, Maqdir Ismail, menyebut kliennya itu pergi ke Belanda untuk menjalani pengobatan.

Kasus terus bergulir. Pada 23 Desember 2016, Fahmi mendatangi Gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan. Selama sekitar 8 jam di ruang penyidikan, dia akhirnya keluar dengan mengenakan rompi tahanan oranye KPK.

Pada persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rabu (24/5/2017), dia divonis 2 tahun 8 bulan dan denda Rp150 juta subsider 3 bulan kurungan. Majelis hakim menyatakan dia terbukti secara sah dan meyakinkan telah menyuap empat pejabat Bakamla untuk memuluskan pemenangan tender proyek pengadaan monitoring satelit di Bakamla.

Menariknya, Fahmi tak banding. Dia memilih menerima putusan tersebut. Karena putusan telah berkekuatan hukum tetap (inkracht), pada 31 Mei 2017, jaksa KPK mengeksekusinya ke lapas khusus terpidana korupsi, Sukamiskin, Bandung.

Sabtu (21/7/2018) dini hari tadi dia kembali dicokok KPK. Isu yang beredar, penangkapan itu terkait kasus "jual-beli" izin keluar lapas. Benarkah? Juru Bicara KPK Febri Diansyah menegaskan hal senada dengan Laode.

Menurutnya, segala informasi terkait dengan penindakan KPK di Bandung akan dijelaskan dalam konferensi pers. "Nanti akan sampaikan seluruhnya di situ," kata dia saat dihubungi iNews.id.