Lilipaly Marga dari Mana? Fakta Menarik tentang Asal-Usul dan Identitas Keluarga

JAKARTA, iNews.id -  Lilipaly marga dari mana? Marga Lilipaly adalah salah satu marga yang berasal dari Maluku, Indonesia, dan menjadi penanda identitas keluarga dalam masyarakat Maluku. Marga ini bukan sekadar nama, melainkan sebuah simbol yang mengikat sejarah, budaya, dan garis keturunan yang diwariskan secara turun-temurun.

Lilipaly Marga dari Mana?

Menurut buku Daftar Nama Marga/Fam, Gelar Adat dan Gelar Kebangsawanan di Indonesia karya R. Deffi Kurniawati dan Sri Mulyani yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI pada tahun 2012, marga Lilipaly berasal dari wilayah Maluku, sebuah daerah yang kaya akan tradisi dan sistem kekerabatan yang kuat. 

Baca Juga

Tuding Brigitte Macron sebagai Transgender, Youtuber Konservatif Ini Klaim Presiden Prancis Sudah Sewa Pembunuh Bayaran

Dalam budaya Maluku, marga atau fam merupakan nama keluarga yang menunjukkan identitas kolektif dan garis keturunan, biasanya diwariskan secara patrilineal, yakni dari ayah kepada anak-anaknya. Marga ini menjadi bagian penting dalam struktur sosial masyarakat Maluku, yang juga tercermin dalam berbagai aspek kehidupan seperti adat, pernikahan, dan komunitas.

Dalam konteks ini, marga Lilipaly menjadi penanda yang menghubungkan individu dengan leluhur dan komunitasnya di Maluku.

Baca Juga

Koleksi Trofi Stefano Lilipaly: Jejak Prestasi Pesepak Bola Timnas Indonesia

 Hal ini juga terlihat pada Stefano Lilipaly, pesepak bola keturunan Maluku yang membawa nama marga ini ke kancah internasional. Ayah Stefano, Ron Lilipaly, adalah orang Maluku, dan Stefano sendiri berkomitmen untuk meneruskan marga tersebut kepada anaknya kelak sebagai bentuk penghormatan terhadap akar budaya keluarganya.

Peran Marga Lilipaly dalam Identitas dan Kebudayaan

Marga Lilipaly tidak hanya berfungsi sebagai nama keluarga, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan budaya. Dalam masyarakat Maluku, marga menjadi dasar pengenalan seseorang dalam komunitasnya dan memainkan peran penting dalam menjaga hubungan kekeluargaan dan adat istiadat. Marga ini juga menjadi jembatan yang menghubungkan generasi sekarang dengan sejarah leluhur mereka.

Baca Juga

Begini Sosok Patrick Kluivert di Mata Stefano Lilipaly

Selain itu, marga Lilipaly dan marga-marga lain di Maluku seringkali menjadi kebanggaan tersendiri, terutama ketika anggota keluarganya berhasil menorehkan prestasi di bidang tertentu, seperti olahraga. Stefano Lilipaly, misalnya, telah membawa nama marga ini ke tingkat nasional dan internasional melalui kiprahnya di dunia sepak bola, memperkuat citra positif dan pengakuan terhadap marga tersebut.

Baca Juga

Stefano Lilipaly Ditanya Kans Starting XI saat Vs China, Jawabannya Berkelas

Lilipaly dalam Konteks Timnas Indonesia 

Keberadaan marga Lilipaly juga menonjol dalam skuad Timnas Indonesia, di mana beberapa pemain keturunan Maluku membawa marga mereka sebagai identitas budaya yang kuat. Stefano Lilipaly adalah contoh nyata dari diaspora Maluku yang berhasil menembus dunia sepak bola profesional, baik di Indonesia maupun di luar negeri. 
Marga Lilipaly menjadi bagian dari cerita keberagaman budaya Indonesia yang tercermin dalam olahraga, memperlihatkan bagaimana akar budaya tetap dipertahankan meskipun berada di lingkungan yang berbeda.

Selain Stefano, ada juga marga-marga lain dari Maluku yang turut menghiasi Timnas Indonesia, seperti Pelupessy dan Loupatty, yang semuanya menunjukkan betapa kaya dan beragamnya warisan budaya Maluku dalam konteks nasional.

Baca Juga

Pengakuan Mengejutkan Stefano Lilipaly saat Comeback ke Timnas Indonesia

Lilipaly marga dari mana? Jawabannya jelas marga Lilipaly berasal dari Maluku, Indonesia, dan merupakan bagian dari sistem kekerabatan yang khas di wilayah tersebut. Marga ini tidak hanya menjadi identitas keluarga, tetapi juga simbol budaya dan sejarah yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui figur seperti Stefano Lilipaly, marga ini semakin dikenal luas dan menjadi bukti nyata bahwa akar budaya Maluku tetap hidup dan berkembang, bahkan di panggung internasional.

Editor: Komaruddin Bagja