Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ngeri! Hujan Es Seukuran 14 Cm Landa Australia, Rusak Mobil dan Rumah
Advertisement . Scroll to see content

LP2M dan Kauje Bahas Kronik Pandemi Covid-19 Bareng Alumni di Tiga Benua

Rabu, 06 Mei 2020 - 20:54:00 WIB
LP2M dan Kauje Bahas Kronik Pandemi Covid-19 Bareng Alumni di Tiga Benua
LP2M dan Keluarga Alumni Universitas Jember (Kauje) menggelar webinar tentang Kronik Pandemi Covid-19 di Berbagai Negara, Selasa (5/5/2020) malam waktu Indonesia. Webinar melibatkan alumni di tiga benua. (Foto: Kauje).
Advertisement . Scroll to see content

JEMBER, iNews.id – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) bekerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Jember menyoroti perkembangan wabah virus corona atau Covid-19 yang kini melanda dunia. Bersama alumni di tiga benua, mereka membahas dan memberikan masukan mengenai langkah-langkah penanganan pandemi global ini.

Perhatian pada penanggulangan Covid-19 ini diulas dalam seminar secara daring (webinar) yang melibatkan alumni Universitas Jember di benua Afrika, Amerika dan Australia sebagai pembicara. Webinar pada Selasa (5/5/2020) malam waktu waktu Indonesia ini diikuti oleh dosen, mahasiswa dan Rektor Universitas Jember.

Webinar juga melibatkan peserta dari berbagai belahan dunia, termasuk para dosen Kampus Tegalboto yang tengah belajar di berbagai negara. Webinar dipandu moderator Pung Purwanto, jurnalis senior Koran SINDO yang juga alumnus FISIP Universitas Jember.

Menurut Ketua Umum Kauje, Sarmuji, webinar bertema “Kronik Pandemi Covid-19 di Berbagai Benua” ini digelar untuk mengetahui pengalaman berbagai negara dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan mengambil contoh yang baik guna diterapkan di Indonesia. Webinar ini sekaligus sumbangan Universitas Jember dan alumni bagi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

“Pandemi Corona-19 ini menjadi momentum bagi kita untuk terus bersatu, bergotong-royong dan saling membantu. Saya berharap webinar kali ini akan menjadi jejak digital yang berguna bagi penanganan pandemi Covid-19 sehingga bisa menjadi pelajaran bagi generasi mendatang, serta menjadi sumbangan pemikiran dari kampus dan alumnus Universitas Jember,” kata anggota DPR ini.

Webinar menghadirkan Profesor Achmad Subagio, Ketua LP2M yang tertahan di Nigeria karena penerbangan internasional belum beroperasi. Menurutnya, jumlah penderita positif Covid-19 di Nigeria dan negara lain di benua Afrika mulai merangkak naik.

Penambahan jumlah korban ini dikarenakan belum banyak masyarakat Nigeria yang paham bahaya Covid-19 dan bagaimana cara mencegah. Banyak warga abai anjuran social dan physical distancing atau keharusan memakai masker seperti disarankan pemerintah.

"Apalagi masyoritas warga Nigeria masih rendah taraf pendidikannya, ditambah sanitasi barang mewah di sini,” kata Achmad, yang telah tertahan tiga bulan di negara itu.

Menurut dia, Pemerintah Nigeria bukan tanpa usaha. Sejak 21 April, pemerintah telah melaksanakan lockdown total di beberapa kota besar, seperti Lagos dan Abudja. Jam malam pun diberlakukan secara ketat, dimana warga hanya bisa beraktivitas secara terbatas mulai jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Warga yang melanggar aturan akan berurusan dengan polisi dan militer.

Langkah ini ternyata cukup efektif menahan laju penambahan korban Covid-19. Tapi dampaknya terjadi masalah sosial dan ekonomi, banyak warga di kota besar yang tak bisa bekerja sehingga mengalami kekurangan pangan.

Begitu pun bahan makanan terutama makanan instan yang habis di pasaran mengingat pabrik berhenti beroperasi. Akibatnya beberapa kali terjadi kerusuhan yang menelan korban jiwa.

“Untungnya, kasus kekurangan pangan ini tidak terjadi di perdesaan karena bahan pangan masih tersedia. Aapalagi warga terbiasa makan makanan yang tersedia di alam, tidak bergantung pada satu jenis bahan pokok,” kata Achmad.

Pakar tepung Mocaf ini menjelaskan, situasi tersebut dapat menjadi pelajaran bagaimana Indonesia harus mempersiapkan modal sosial dalam menghadapi bencana seperti Covid-19. Sebagai contoh sosialisasi pencegahan Covid-19 yang masif agar warga tahu bagaimana menjaga diri, ketegasan pemerintah melakukan lockdown atau PSBB.

Pelajaran lainnya yakni pentingnya diversifikasi pangan. Indonesia tidak boleh bergantung pada satu jenis bahan pangan, misalnya beras. Jika daerah penghasil beras berhenti beroperasi, krisis pangan bisa terjadi.

Pemateri kedua yakni Arifi Saiman, alumnus kampus Tegalboto yang kini menjadi Konsul Jenderal RI di New York, Amerika Serikat. Menurut dia, negara bagian New York telah menjadi episentrum pandemi Covid-19 di AS.

Tercatat 683.000 penderita dengan 45.000 yang meninggal dunia. Sebaran yang cepat ini karena New York merupakan kota padat penduduk, pusat bisnis dunia, dan tujuan wisata.

Mobilitas manusia di New York sangat dinamis. Sebagai pencegahan, pemerintah New York menggalakkan tes massal. Langkah selanjutnya pemberlakukan New York on Pause hingga September nanti.

“Tidak ada lockdown total, tapi mobilitas warga dibatasi dengan penerapan social dan physical distancing dengan New York on Pause. Langkah ini didukung penyediaan 3,5 juta masker gratis dan warga yang berdisiplin sehingga berhasil menekan laju korban Covid-19,” katanya.

Dia menambahkan, di area kerja KJRI New York yang meliputi 15 negara bagian di wilayah pantai timur Amerika Serikat, terdapat 31.948 Warga Negara Indonesia (WNI). Dari jumlah tersebut ada 41 orang yang positif Covid-19 dan 11 orang telah meninggal dunia.

Dia memastikan KJRI terus memonitor kondisi seluruh WNI melalui media sosial, memantau informasi dari fasilitas kesehatan setempat, berkoordinasi dengan semua negara bagian, termasuk menyediakan fasilitas kesehatan di KJRI.

“Juga menyediakan bantuan masker dan bahan makanan. Khususnya bagi WNI yang di PHK dan mahasiswa kita yang harus keluar asrama kampus karena kampusnya tutup sementara,” ucapnya

Kisah sukses penanganan pandemi Covid-19 dipaparkan oleh Syahri Sakidin, alumnus Universitas Jember yang menjadi Direktur Indonesia Institute di Perth, Australia. Menurutnya, Australia menjadi contoh sukses bagaimana pemerintah bersama warganya berhasil menangani pandemi Covid-19.

Pada Selasa kemarin, penderita Covid-19 di seluruh Australia sudah tidak ada lagi. Dari 6.825 penderita Covid-19, sebanyak 95 orang yang meninggal dan hanya tersisa 70 orang yang masih dirawat di rumah sakit. Bukan itu saja, pemerintah mengeluarkan stimulus ekonomi senilai 320 miliar dolar Australia untuk mendorong sektor ekonomi agar terus berdenyut.

Keberhasilan ini menurutnya tak lepas dari keberhasilan pemerintah Australia di bawah Perdana Menteri Scott Morrison yang mampu menyatukan semua kekuatan politik untuk bersatu padu melawan Covid-19 sehingga semua program yang dirancang berjalan dengan baik. Tidak ada perdebatan yang urgen di parlemen terkait rencana dan program penanganan Covid-19.

Kedua, warga Australia memiliki kesadaran akan kesehatan dan disiplin yang tinggi sehingga bersedia menjalankan anjuran pemerintah. Ketiga, Australia diuntungkan dengan kondisi demografinya, dimana jumlah penduduknya sedikit jika dibandingkan luas wilayah negara sehingga social distancing secara alami sudah terbentuk.

“Ketiga, Australia sudah sejak lama menerapkan protokol Biohazard yang sangat ketat. Jangan harap pendatang dari luar negeri semisal wisatawan diperbolehkan membawa bahan makanan mentah seperti sambal atau bumbu pecel,” kata Syahri.

Pemaparan tiga pemateri di tiga benua terkait penanganan Covid-19 menjadi masukan berharga bagi Indonesia. Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Universitas Jember dr Cholis Abrori menilai banyak hal yang bisa diterapkan di Indonesia dari paparan tiga pemateri ini.

Sebagai contoh perlu ketegasan pemerintah kala memberlakukan lockdown atau PSBB. Dalam pandangannya, banyak daerah termasuk di Jember khususnya di pedesaan kerumunan masih banyak terjadi.

Banyaknya kerumunan itu menunjukkan kesadaran warga masih rendah akan pencegahan Covid-19. Karena itu, Universitas Jember khususnya Fakultas Kedokteran telah terjun langsung membantu pemerintah.

“Sekarang ini ada 50 dokter muda yang bertugas di berbagai fasilitas kesehatan di Jember dan Jawa Timur. Semua dosen di Fakultas Kedokteran pun bertugas di rumah sakit di Jember,” tuturnya.

Peran serta Universitas Jember dalam menanggulangi pandemi Covid-19 juga disampaikan oleh Rektor Iwan Taruna. Selain membuka Pos Covid di Fakultas Kedokteran, kini Universitas Jember tengah merancang KKN tematis pencegahan Covid-19 bagi mahasiswa.

“Universitas Jember juga menyediakan dana penelitian bagi dosen dan mahasiswa yang melakukan penelitian terkait Covid-19, termasuk tengah mengajukan perizinan agar laboratorium biologi molekluler di Kampus Tegalboto bisa melakukan penelitian mengenai Covid-19 semisal pembuatan vaksinnya,” ucap Iwan.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut