Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Game Roblox Dilarang gegara Dinilai Berbahaya untuk Anak, Ini Kata Kak Seto
Advertisement . Scroll to see content

LPAI: Butuh Napas Panjang Melawan Kampanye LGBT

Kamis, 28 Desember 2017 - 22:01:00 WIB
LPAI: Butuh Napas Panjang Melawan Kampanye LGBT
Ketua Umum LPAI Seto Mulyadi (Kak Seto) bersama jajarannya menyampaikan laporan akhir tahun 2017 di Jakarta, Kamis (28/12/2017). (Foto: iNews.id/Annisa Ramadhan)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) menyatakan, perlawanan terhadap kampanye kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Tanah Air membutuhkan napas panjang.

Dalam laporan akhir tahun 2017 LPAI, kampanye LGBT yang berorientasi pada seksual menyimpang dilakukan secara masif dan terorganisasi. Gerakan berskala global ini sudah mengintai anak-anak Indonesia sebagai sasaran untuk memperluas jumlah komunitas mereka. Bahkan, tidak sedikit yang menyasar anak-anak sebagai korban.  

“Kejahatan sedemikian rupa itu tidak bisa diredam dengan pendekatan hit and run. Butuh napas panjang untuk bertarung melawan kampanye LGBT,” demikian catatan akhir tahun LPAI di Jakarta, Kamis (28/12/2017).

Kepala Bidang Pemenuhan Hak Anak dari LPAI Reza Indragiri mengatakan, LPAI menempatkan isu LGBT sebagai isu teratas, terpenting, dan tergenting. LPAI pun mendukung rancangan undang-undang anti-LGBT agar segera direalisasikan.

“LPAI mendukung seluruh lapisan masyarakat termasuk parpol terhadap bahaya LGBT untuk memperjuangkan revisi KUHP dengan memasukkan pasal khusus LGBT yang mempertontonkan secara terbuka perilakunya untuk memperoleh pengakuan dari masyarakat dan negara,” ujar Reza saat menyampaikan laporan akhir tahun 2017 di Tamani Kafe, Jakarta.

Dalam laporan tersebut, LPAI menyampaikan beberapa pertanyaan yang menggelitik. Pertama, walau sudah diketahui bahwa kampanye orientasi seksual menyimpang sangat berbahaya, tapi seberapa sering mimbar di rumah-rumah ibadah mengingatkan umat beragama tentang kengerian itu?

Kedua, seberapa kontinyu forum-forum kepengasuhan mengingatkan para ayah dan ibu akan kerusakan itu? ketiga, seberapa berani masyarakat dan otoritas penegakan hukum bekerja terpadu mencegah maupun menghentikan kegiatan-kegiatan yang memuat kampanye LGBT?

Padahal, inti kampanye mereka adalah menyimpangkan persepsi khalayak luas bahwa sejak usia sangat belia pun anak-anak sudah bisa memiliki kecenderungan ketertarikan seksual terhadap sesama jenis kelamin.

Ketua Umum LPAI Seto Mulyadi atau yang dikenal Kak Seto mengatakan, faktor terbesar penyebab kelainan seksual berasal dari luar diri individu atau anak, bukan bawaan semata. Dia mengatakan, pelaku kelainan seksual seperti sodomi bukan karena pengaruh bawaan saja. Namun, merupakan balas dendam karena ada rasa trauma atau kenikmatan tertentu saat dirinya pernah menjadi korban sodomi.

"Beberapa orang sudah melakukan terapi karena pernah menjadi korban. Pelaku sodomi juga awalnya jadi korban sodomi terlebih dahulu," katanya.

Editor: Azhar Azis

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut