Megawati: Kalau Hanya Lip Service Pancasila, Go to Hell!

JAKARTA, iNews.id - Presiden ke-5 RI Megawati Sukarnoputri menyentil pihak-pihak yang hanya menyuarakan Pancasila sebatas retorika. Dia menyayangkan banyak pihak yang tidak memahami esensi Pancasila.

"Jadi kalau kamu hanya lip service dengan Pancasila, kalau saya sih, go to hell," ujar Megawati di Galeri Nasional, Jakarta, Sabtu (7/6/2025).

Baca Juga

Politikus Muslim Mulai Kuasai Politik AS, Apakah Itu Jadi Sinyal Kebangkitan Islam di Paman Sam?

Dia juga menyoroti generasi muda yang kurang memahami dan menghargai perjuangan pendiri bangsa. Menurutnya, regenerasi kebangsaan tidak akan berjalan jika nilai dasar Pancasila tidak ditanamkan sejak dini.

Oleh karena itu, Megawati kembali menekankan menjadi orang Indonesia harus dilakukan dengan penuh kebanggaan dan kesadaran sejarah. 

Baca Juga

Megawati: Ingat! Kalau Tak Ada Proklamasi, Kalian Masih Jadi Budak

“Saya mau kalau kalian orang Indonesia, jadilah dengan bangga sebagai orang Indonesia, Betul kan?" tutur dia.

Diketahui, pameran foto bertajuk Gelegar Foto Nusantara 2025: Potret Sejarah dan Kehidupan karya Guntur Sukarnoputra resmi dibuka di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta pada Sabtu (7/6/2025). Pameran ini turut dihadiri Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sekaligus adik dari Guntur yakni Megawati Sukarnoputri.

Baca Juga

Megawati Sindir Banyak Orang Enggan Suarakan Kebenaran: Takut Dipanggil Polisi

Baca Juga

Potret Megawati hingga Try Sutrisno Hadiri Pameran Foto Guntur Sukarnoputra

Sejumlah tokoh lain turut hadir dalam pembukaan acara ini, di antaranya Menteri Kebudayaan Fadli Zon, politikus PDIP Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ronny Talapessy, Connie Rahakundini Bakrie, Ahmad Basarah, serta Rano Karno.

Tak ketinggalan, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha terlihat di antara para undangan.

Pameran ini menampilkan sekitar 550 foto yang merupakan hasil jepretan Guntur Sukarnoputra selama 69 tahun terakhir. Ratusan karya ini merekam berbagai momen sejarah dan kehidupan, menggambarkan perjalanan panjang bangsa dan masyarakat Indonesia dari perspektif pribadi sang fotografer.

Editor: Rizky Agustian