Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bibit Siklon Tropis 93S Menguat, Waspada Hujan Angin di Lampung, Jakarta hingga DIY
Advertisement . Scroll to see content

Megawati Minta BMKG Update Peta Rawan untuk Petani, Nelayan, dan Mitigasi Bencana

Senin, 14 September 2020 - 14:31:00 WIB
Megawati Minta BMKG Update Peta Rawan untuk Petani, Nelayan, dan Mitigasi Bencana
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri meminta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus memperbarui dan mendistribusikan secara baik peta rawan bencana serta informasi cuaca. Menurut Mega data-data itu penting bagi petani dan nelayan serta untuk kepentingan mitigasi bencana.

Pesan itu disampaikan Mega melalui Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto dalam Pembukaan Bersama Sekolah Lapang BMKG Tahun 2020 yang dilaksanakan secara virtual, di Jakarta, Senin (14/9/2020). Acara itu juga dihadiri Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan lebih dari 500 perwakilan BMKG dari seluruh Indonesia.

Arahan Mega yang disampaikan Hasto mengatakan informasi peta rawan dan cuaca perlu diperbarui secara berkala mengingat Indonesia sering terjadi bencana. Pada tahun 2019 tercatat lebih dari 11.500 gempa bumi serta terjadi curah hujan ekstrem. Apalagi pembangunan yang tidak memperhatikan keseimbangan alam memicu kerusakan alam masif.

Megawati mengingatkan Pancasila mengamanatkan agar kesejahteraan dihadirkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Apalagi menurutnya sebagian rakyat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan.

"Ibu Megawati selalu mengingatkan soal pentingnya BMKG dan seluruh informasi yang diberikan. Bagaimana BMKG mampu memberikan informasi dengan aplikasi yang dapat memberikan prakiraan cuaca secara dini, yang berkaitan dengan keberhasilan masa tanam, keselamatan nelayan hingga edukasinya," kata Hasto.

Megawati mengatakan informasi mengenai daerah rawan dan prediksi cuaca penting untuk memperkirakan potensi bencana seperti tanah longsor dan prakiraan cuaca curah ekstrem. Kemudian bisa membantu kapan saat yang tepat bagi petani untuk menanam hingga kapan nelayan bisa melaut secara aman.

"Kami berharap BMKG bisa mengerjakan kerjasama penelitian cuaca bersama perguruan tinggi sehingga penerapan teknologi modern untuk kepentingan petani nelayan dapat ditingkatkan," ucap Hasto.

Megawati juga berpesan soal kebakaran hutan dimana BMKG perlu memperkuat informasi potensi titik api. Informasi ini dibutuhkan untuk wilayah dengan kadar gambut tinggi yang biasanya memiliki batu bara serta wilayah dengan konsentrasi cahaya matahari tinggi.

"Sehingga bangsa Indonesia bisa hadir sebagai bangsa yang sadar hidup di daerah rawan bencana," ujarnya.

Megawati juga berpesan soal betapa pentingnya BMKG memetakan daerah rawan likuifaksi demi mencegah bencana seperti yang pernah terjadi di Kota Palu. Sebab bagi PDIP, peta bencana dari BMKG sangat dibutuhkan oleh para kepala daerah dalam mengatur peta ruang dan tata kota. PDIP memastikan semua kepala daerah dari partai berlambang banteng itu selalu mengatur tata kota wilayahnya berbasis pengetahuan di peta rawan bencana yang dikeluarkan BMKG.

"Seluruh peta bencana BMKG akan dijabarkan dalam peta ruang dan arsitektur. Dalam sistem desain rumah tahan gempa misalnya, sistem tata kota, sistem irigasi, perencanaan yang semesta sehingga kita sebagai bangsa sadar persoalan iklim dan bencana," kata Hasto.

Selanjutnya, Megawati juga berharap rakyat Indonesia dan badan seperti BMKG bersedia belajar dari bangsa lain seperti Jepang dan China. Negara-negara itu dianggap berhasil membangun kesadaran rakyatnya akan kerawanan bencana.

Terkait dengan Sekolah Lapang BMKG yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, Hasto mengatakan partai tersebut berharap ajang ini bisa menambah pengetahuan cuaca dan mengintegrasikan diri dengan aspek kebencanaan. Oleh sebab itu kerja sama BMKG dengan Baguna PDIP dilandaskan pada jalan kemanusiaan.

"Kami bergerak tanpa pernah membedakan suku, agama, status sosial. Baguna juga wajib hadir dan menolong yang tak pilih PDI Perjuangan. Kami berterima kasih dukungan BMKG karena selama ini kita bekerja sama dengan baik," ucap Hasto.

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa berdasarkan data suhu udara dan intensitas hujan yang dikumpulkan sejak 1900 menunjukkan adanya tren signifikan peningkatan suhu udara yang mencapai di atas satu derajat Celcius. Di beberapa wilayah Indonesia, sudah mencapai peningkatan suhu udara lebih dari 1,2 derajat Celcius.

Sejak 1900 tercatat juga tren peningkatan curah hujan. Sebelum 1950, loncatan tersebut terjadi rata-rata 10-20 tahun sekali. Tapi sejak 1970, intensitas hujan dalam waktu satu atau dua hari mencapai sampai lebih dari 400 mm, seperti yang terjadi di bulan Januari 2020 lalu.

"Oleh karenanya kalau lihat grafik ini, betapa lebih seringnya hujan ekstrem di 30 tahun terakhir yang mengancam kegiatan pertanian, pelayaran, dan keselamatan masyarakat," kata Dwikorita.

Di sisi lain, data pemantauan gempa bumi menyebut sebelum tahun 2017 ada rata-rata 4.000-5.000 gempa bumi per tahun. Namun sejak tahun 2017 menjadi lebih dari 7.000 kali dengan berbagai magnitudo. Bahkan di 2018 dan 2019 mencapai lebih dari 11.000 kali.

"Melalui sekolah lapang BMKG, baik sekolah lapang iklim, cuaca nelayan, geofisika maka kami berupaya berjuang keras agar para petani, nelayan, dan masyarakat umum mampu bertahan, mampu selamat, beradaptasi dengan kondisi cuaca dan geofisika tersebut," kata Dwikorita.

Dalam kondisi tersebut, Dwikorita menegaskan petani dan nelayan masih mampu melaksanakan kegiatan produktif seperti menghasilkan bahan pangan. Dia yakin masyarakat tetap tangguh dalam kondisi sekarang ini.

Dwikorita mengatakan BMKG memerlukan mediator untuk menyampaikan informasi cuaca yang meliputi kepentingan petani, nelayan, dan penanggulangan bencana. Dalam konteks itu juga, Sekolah Lapang BMKG ini diperlukan agar pemanfaatan informasi dari BMKG bisa optimal dan mengurangi kesalahpahaman.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut