Memanfaatkan Informasi Geospasial untuk Berbagai Sektor Kehidupan, dari Bisnis hingga Pertahanan
JAKARTA, iNews.id – Kebutuhan data dan informasi semakin signifikan untuk berbagai bidang kehidupan. Bahkan koneksi antara suatu sektor dengan data yang dahulu dianggap tidak berhubungan, kini bisa saling mendukung.
Solution Strategist Manager PT Esri Indonesia, Khairul Amri menjelaskan pemanfaatan informasi geospasial atau akrab disebut sistem informasi geografis atau geographic information system (GIS) kini menyentuh berbagai sektor kehidupan. Mulai dari kebutuhan pertambangan di hulu, penanganan bencana, land acquisition hingga pertanian.
Namun siapa sangka, kebutuhan informasi geospasial mulai menyentuh sektor bisnis mulai dari perbankan, retail hingga lalu lintas hingga pertahanan.
"Untuk perbankan tidak banyak yang notice untuk apa GIS ini, lalu di retail. Bahkan rumah makan juga menggunakan GIS. Berkembanganya kebutuhan GIS ke banyak sektor tak lepas dari tersedianya sumber daya manusia yang menguasai GIS," kata Amri saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (13/9/2023).

Dia pun mencontohkan pemanfaatan GIS di sektor perbankan. Menurutnya, GIS berperan penting agar strategi bisnis yang dikembangkan swasta lebih tepat sasaran.
"Misal salah satu pendapatan bank dari penarikan uang antarbank lewat ATM, di situ pelanggan terkena charge. Mereka dapat income dari situ. Di situ mereka bisa memonitor mana yang produktif," ucapnya.
Lainnya, Amri mencontohkan Bank Muamalat yang menggunakan GIS untuk menempatkan ATM mereka.
"Karena lebih fokus pada user beragama Islam, mereka tentu menargetkan penempatan ATM yang dekat fasilitas publik yang juga berkaitan dengan agama Islam misal masjid, pesantren, dan yayasan keislaman. Pointing akan menentukan nilai berdasarkan pemetaan," ujarnya.
Dia kemudian menjelaskan contoh pemanfaatan GIS pada retail dan rumah makan yang dahulunya dianggap tidak berhubungan. Ini terkait dengan jumlah populasi di suatu tempat yang juga memanfaatkan data kependudukan.
"Ada case yang memperlihatkan potensi retail di tempat dengan menghitung berapa orang yang biasa lewat di suatu daerah. Contoh suatu perusahaan membuka retail di situ karena memperhitungkan ada 100 orang yang lewat, tp ternyata yang masuk hanya 10. Gap 90 ini disebut potensi tergantung upaya perusahaan itu untuk menggaet mereka," tuturnya.
Di samping itu, pemanfaatan GIS menjadi krusial bagi sektor yang memang menjadikannya elemen utama. Mulai dari penanganan bencana untuk memetakan bangunan terdampak hingga kebutuhan kalkulasi bantuan untuk pengungsi berdasarkan demografi.
Selanjutnya penanganan kebakaran hutan dan lahan, pertanian, pertanian hingga penataan serta perencanaan kota dan wilayah.
Khairul Amri menegaskan Esri kini telah menjadi mitra lebih dari 2.200 instansi di Indonesia. Bahkan banyak di antaranya merupakan pemangku kebijakan mulai dari pemerintah pusat hingga daerah.
"Misal di Jakarta, data Geospasial bisa memetakan pergerakan penduduk. Secara de jure, penduduk Jakarta berkisar 10 juta, namun secara de facto jumlah orang di Jakarta bisa mencapai 20 juta saat jam kerja. Itu bisa di-track melalui aplikasi yang kita gunakan sehari-hari. Tentu ini krusial untuk pengambilan kebijakan," tuturnya.
Salah satunya tentu soal kebijakan lalu lintas. Informasi geospasial bisa didapatkan melalui CCTV untuk memonitor pergerakan kendaraan di jalan.
"Ini bisa pakai CCTV biasa, tapi di belakang ada engine yang bisa deteksi objek, apa sih kendaraan yang lewat dan berapa banyak. Tujuannya menghitung kapasitas jalan, kalau overload apa kebijakan yang harus diambil," katanya.
Amri pun menceritakan Esri juga terlihat dalam pemetaan sebelum pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Bahkan pemetaan yang dilakukan juga memperhatikan dampak kepada lingkungan dan masyarakat sekitar.
"Salah satunya menghitung bagaimana suatu lahan jika dibangun suatu bangunan lalu dampaknya terhadap air tanah bagaimana. Konsumsi air seberapa, sumber air dari mana, dan berapa kubik. Lalu dengan pembangunan yang dilakukan dampak kemacetannya nanti bagaimana," ucapnya.
Bahkan pada sektor pertahanan, informasi geospasial sangat berperan penting dalam menjaga kedaulatan negara. Misal dalam mendeteksi keberadaan kelompok kriminal bersenjata.
"Kita bisa analisis dari misal tumbuhan yang menjadi sumber makanan mereka di mana, mereka buka lahan di mana. Dari situ kita bisa melihat pola-pola yang dilakukan," tuturnya.
"Bahkan Freeport juga menggandeng Esri untuk melakukan pemetaan kejadian penembakan di mana saja untuk menganalisis daerah rawan. Dari situ mereka bisa membuat perhitungan, di mana driver truk boleh berhenti atau tidak demi menghindari teror," lanjutnya.
Dengan fakta-fakta di atas, Amri menilai peluang pengembangan pemanfaatan GIS kini semakin meluas bahkan tidak terbatas. Apalagi kini sumber daya manusia (SDM) yang menguasai GIS semakin dan berkembang.
Hal itu ditandai dengan banyaknya institusi pendidikan yang membuka program studi atau jurusan mengenai GIS dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan.
"Pemenuhan kebutuhan SDM yang menguasai GIS kini semakin banyak, berbeda dengan 10 tahun ke belakang. Sejumlah institusi pendidikan dari universitas hingga SMK kini membuka jurusan yang berkaitan dengan GIS. Tentu teknologi mendukung resources GIS yang lebih merata," ucapnya.
Selain memanfaatkan tenaga kerja yang memang menguasai GIS, pengumpulan data geospasial juga melibatkan banyak pihak. Mulai dari pemanfaatan citra satelit, drone hingga survei langsung ke lapangan.
"Karena memang kita tidak bisa gegabah dalam menentukan informasi geospasial. Di wilayah bencana misalnya, kita tidak bisa menentukan rumah yang rusak terdampak dari citra satelit, tetapi membutuhkan pandangan mata lewat survei di lapangan," tuturnya.
Bahkan pengembangan GIS kini menyentuh game engine. Bahkan membentuk simbiosis mutualisme.
"Pengembangan game engine, semakin realistis dengan game engine karena bisa mensimulasikan sesuatu seperti mensimulasikan material di tambang, truk harus lewat mana, berisiko atau tidak. Game punya realistic picture layaknya di lapangan," ujarnya.
Meski demikian masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam mengembangkan informasi geospasial untuk kebutuhan publik. Tantangan itu berjalan seiring dengan peluang baru.
"Salah satu challenge misal pemetaan daerah rawan bencana sebelum kejadian bencana terjadi itu minim atau bahkan tidak ada. Dari situ kami harus effort untuk mendapatkan akurasi karena kami tak bisa langsung menilai saat kejadian," tuturnya.
"Tetapi hasilnya bisa kita manfaatkan di kemudian hari untuk melakukan mitigasi," katanya.
Editor: Rizal Bomantama