Menguak Misteri Pararaton: Naskah Kuno Penyingkap Sejarah Kerajaan Majapahit
MALANG, iNews.id - Kakawin Pararaton menjadi salah satu rujukan penting dalam menelusuri jejak sejarah Kerajaan Majapahit. Naskah kuno ini mengisi celah informasi yang tidak ditemukan dalam Kakawin Nagarakretagama.
Berbeda dengan Nagarakretagama yang hanya mencatat peristiwa hingga tahun 1365 Masehi, Pararaton menyajikan kisah-kisah lanjutan mengenai kehidupan Majapahit dan beberapa kerajaan lain di Jawa.
Meskipun memuat banyak informasi sejarah, Pararaton dianggap sebagai sumber sekunder. Hal ini karena penulisannya terjadi jauh setelah peristiwa yang diceritakan berlangsung.
Karena itu, sejarawan menilai pentingnya mencocokkan isi Pararaton dengan sumber primer, seperti prasasti atau dokumen yang lebih tua. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan sejarah yang disampaikan.
Kakawin Pararaton pertama kali diteliti secara serius oleh JLA Brandes, ahli aksara dan bahasa kuno asal Belanda. Dia ditugaskan Pemerintah Hindia Belanda untuk menyelidiki sejarah Jawa Kuno.
Dalam penelitiannya, Brandes membaca dan menerjemahkan naskah-naskah kuno, termasuk Pararaton yang disimpan di Lembaga Bataviaasch Genootschap, cikal bakal Museum Nasional.
Brandes meneliti beberapa versi Pararaton dari berbagai keropak lontar. Di antaranya Keropak Nomor 377: Terdiri atas 17 lempir dengan panjang lontar 52 cm. Keropak Nomor 550, memuat 47 lempir dengan panjang lontar 47 cm. Kolofonnya memuat angka tahun Śaka 1535 atau 3 Agustus 1613 Masehi.
Keropak Nomor 600: Berisi 58 lempir dengan panjang lontar 50 cm, terdiri atas tiga baris tulisan per lempir. Bertanggal Śaka 1522 atau 1600 Masehi.
Penelitian terhadap Pararaton selesai pada 1893. Brandes berencana menerbitkan hasil riset tersebut secara utuh. Setahun kemudian, pada 1894, Brandes bergabung dalam ekspedisi militer ke Lombok. Di Puri Cakranagara, dia menemukan lontar Nagarakretagama yang ternyata sangat kaya informasi tentang Dinasti Rajasa dan kejayaan Majapahit.
Namun, karena penelitiannya terhadap Pararaton telah rampung, dia memilih untuk tidak merevisi karya yang telah siap terbit.
Editor: Donald Karouw