Menhan: Pengadaan Alutsista Harus Kerja Sama dengan Negara Lain
OKPO, KOREA SELATAN, iNews.id – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpendapat bahwa di zaman sekarang sebuah negara tak bisa memenuhi kebutuhan alutsistanya (alat utama sistem persenjataan) secara mandiri. Melainkan, mesti bekerja sama dengan negara lain untuk mengatasi kekurangan di negara tersebut.
“Pada masa sekarang ini, tidak ada yang bisa sendiri-sendiri, harus bekerja sama. Apalagi dalam alutsista, negara besar pun bekerja sama,” ujar Menhan Ryamizard usai acara penamaan dan penyerahan kapal selam KRI Ardadedali-404 di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine (DSME), Okpo, Korea Selatan (Korsel), Rabu (25/4/2018).
Dengan bekerja sama, kata dia, sebuah negara dapat menutupi kekurangannya. Dia mencontohkan kerja sama pembuatan kapal selam antara Indonesia dan Korea Selatan yang menurutnya dapat memberikan efek gentar pada negara lain di kawasan.
“Melihat kekuatan kita (Indonesia), dia (negara lain) tidak berani ganggu. Jadi, memberikan efek gentar. Terutama yang maling-maling ikan (di perairan Indonesia) itu. Maling ikan itu tidak usah ditembak, disundul dari bawah saja (pakai kapal selam),” ujar Ryamizard sembari berkelakar.
Senada dengan Ryamizard, Menteri Pengadaan Pertahanan Korsel, Jeon Jei Guk mengatakan, di era keamanan dengan tantangan yang rumit seperti sekarang, tidak ada negara yang dapat mengatasinya sendiri. Karena itu, solusinya adalah dengan bekerja sama dengan negara sahabat.
Jeon Jei Guk menuturkan, sejak Presiden Korsel Moo Jae In berkunjung ke Indonesia pada November 2017, hubungan dua negara terus berkembang menjadi hubungan yang strategis. “Dalam kondisi seperti ini, saya yakin hubungan bilateral dalam kerja sama teknologi pertahanan juga tumbuh lebih besar,” ujar Jeon Jei Guk.
Terlebih lagi, kata dia, kedua negara secara aktif mengembangkan kerja sama industri pertahanan, contohnya dengan adanya Komite Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia-Korsel (DICC). Selain kapal selam, Indonesia dan Korsel juga akan mengembangkan pesawat tempur dengan teknologi bersama.
Editor: Ahmad Islamy Jamil