MUI Imbau Khatib Salat Idul Fitri Jauhi Tema Politik Praktis
JAKARTA, iNews.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak seluruh umat Islam di Indonesia untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum pererat persatuan, kohesi sosial, dan perdamaian. Demi mewujudkan itu, MUI mengimbau agar selama pelaksanaan ibadah salat Id para khatib menjauhi tema khutbah yang bernuansa politik praktis.
Ketua Umum MUI KH Maruf Amin mengingatkan, Idul Fitri mesti menjadi sarana untuk mengokohkan kembali ikatan dan hubungan antarsesama saudara seagama (ukhuwah islamiyah), saudara sebangsa (wathaniyah), dan saudara sesama manusia (insaniyah).
Atas dasar itu harus terbangun semangat bersama untuk menjadikan hari suci ini sebagai momen yang sejuk. "Terlebih Idul Fitri tahun ini dekat dengan agenda politik nasional berupa pemilukada, pileg, dan Pilpres 2019," kata Maruf saat jumpa pers "Tausiyah Idul Fitri 1439 H", Kantor MUI Pusat, Jakarta, (12/6/2018).
Maruf menegaskan, perbedaan aspirasi politik merupakan hal yang biasa dan harusnya dipandang sebagai rahmat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan justru menjadi penyebab terjadinya saling marah, salah paham, serta mencerca dan mencaci maki.
"Semangat Idul Fitri diharapkan bisa mendorong terbangunnya pemilu yang lebih damai, saling memahami yang dilandasi nilai-nilai keadilan, kejujuran, kesantunan, dan keadaban," ujar dia.
Menyambut Idul Fitri 1439 Hijriah, MUI mengimbau kepada para khatib salat Id untuk fokus menyampaikan pesan peningkatan keimanan dan ketakwaan, persaudaraan, serta kedamaian kepada para jamah.
Selain itu, MUI juga berharap khatib menyerukan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya terorisme, narkoba, minuman keras, LGBT, dan segala bentuk perbuatan tercela lainnya.
"Menjauhi tema-tema khutbah yang bernuansa dan bersuasana politik praktis yang bisa menimbulkan perpecahan umat Islam," kata dia.
Editor: Zen Teguh