Para Jenderal Baret Merah Paling Fenomenal dalam Sejarah, Bikin Militer Indonesia Mendunia
JAKARTA, iNews.id - Deretan jenderal baret merah ini manjadi fenomenal dalam sejarah TNI karena peran mereka, baik di dalam maupun luar negeri. Komando Pasukan Khusus (Kopassus), selaku wadah para pemegang baret merah, merupakan pasukan elite TNI Angkatan Darat (AS) yang disegani, bukan hanya di Tanah Air tapi juga mancanegara.
Satuan ini pernah beberapa kali mengalami perubahan nama, seperti KKAD (Komando Angkatan Darat), RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), Puspasus (Pusat Pasukan Khusus), dan Kopassandha (Komando Pasukan Sandi Yudha).
1. Idjon Djanbi
Pria asal Belanda yang mengabdi untuk Tanah Air, Mochammad Idjon Djanbi, memiliki peran besar dalam sejarah TNI AD. Idjon diminta A E Kawilarang untuk melatih kader perwira dan bintara guna menyusun pasukan.
Kesatuan itu kemudian diberi nama Kesko TT III/Siliwangi atau Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi. Kesatuan ini yang menjadi cikal bakal Kopassus. Setelah satu kompi resmi terbentuk, Idjon langsung didapuk menjadi komandan.
Bernama asli Roger Bernard Visser, Idjon lahir di Boskoop, Belanda, 13 Mei 1914. Dulunya, dia merupakan perwira instruktur Korps Speciale Troepen atau KST dan pernah menjadi sopir Ratu Belanda, Wilhelmina pada masa Perang Dunia II.
2. Sarwo Edhie Wibowo
Sarwo Edhie Wibowo menjabat Komandan RPKAD pada 1964 hingga 1967. Peran Sarwo Edhie sangat kentara saat pemberontakan G30S PKI 1965. Mengutip artikel “Sepak Terjang Sarwo Edhie Wibowo dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Nasional Indonesia (1965 – 1989)”, RPKAD yang berada di bawah komandonya berhasil merebut kembali RRI dan kantor besar telekomunikasi.
Seperti diketahui, kedua tempat tersebut direbut PKI dan dimanfaatkan untuk menyiarkan propaganda. Sarwo Edhie juga dianggap gemilang saat membasmi PKI di Bali, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Dalam artikel tersebut juga dijelaskan, Sarwo Edhie mengajak serta masyarakat yang anti-PKI untuk terlibat dalam penumpasan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dia membakar semangat masyarakat dan memberikan pelatihan militer kepada ormas anti-PKI dan para sukarelawan.
Sarwo Edhie selalu melakukan show of force memperlihatkan kekuatan militer Indonesia. Tujuannya untuk membuat masyarakat tak takut dengan kekuatan kelompok pemberontak.
3. Benny Moerdani
Benny Moerdani dilantik menjadi Panglima ABRI oleh Presiden Soeharto pada 28 Maret 1983. Benny merupakan perwira tinggi yang ikut dalam operasi pembebasan sandera pesawat Garuda di Thailand pada 1981 atau dikenal dengan tragedi Woyla.
Rupanya, Benny sudah memiliki inisiatif membentuk pasukan antiteror pertama di Indonesia. Pada 1979, saat menjabat Kepala Pusat Intelijen Strategis atau Pusintelstrat, dia memanggil Sintong Panjaitan untuk membahas analisisnya seputar ancaman teroris.
Benny lantas memerintahkan Sintong mempersiapkan pasukan khusus antiteror dan membuat perbandingan pasukan khusus antiteror negara lain.
4. Prabowo Subianto
Prabowo Subianto merupakan mantan Komandan Jenderal Kopassus yang diangkat pada 1995. Salah satu perannya saat itu membebaskan sandera Mapenduma, Papua, yang dimulai pada Januari hingga Mei 1996. Sandera yang harus diselamatkan berjumlah 26 orang, sebagian besar merupakan warga asing.
Mereka terdiri dari para peneliti dalam ekspedisi Lorentz 95 yang disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Agar operasi berjalan lancar, Prabowo membentuk tim pembaca jejak terdiri dari Kopassus dan Pasukan Cendrawasih.
Operasi ini berjalan sukses sehingga Prabowo dan Kopassus mendapat apresiasi masyarakat internasional, meski tiga sandera meninggal di tangan para pelaku.
Editor: Anton Suhartono