Partisipasi Politik Generasi Muda Masih Minim, Partai Perindo Buka Political Development Program
JAKARTA, iNews.id - Minimnya partisipasi aktif generasi muda dalam politik praktis menjadi tantangan tersendiri bagi demokrasi di Indonesia. Sebuah survei dari Katadata Insight Center menunjukkan, meski mayoritas orang muda menggunakan hak pilih, hanya 16 persen yang pernah mengikuti pendidikan politik, dan kurang dari 10 persen yang aktif di partai politik atau menjadi relawan.
Kondisi ini menandakan keterlibatan politik generasi muda masih bersifat pasif. Ruang untuk partisipasi substansial, mulai dari memahami cara kerja partai, menyusun kebijakan hingga membentuk komunikasi politik belum sepenuhnya terbuka.
Di tengah situasi tersebut, sejumlah partai mulai membuka jalur baru. Salah satunya melalui program magang bertajuk Political Development Program (PDP) yang menjadi oase politik bagi mahasiswa semester akhir dan lulusan baru yang penasaran dengan praktik politik sehari-hari. Program ini kini sudah memasuki batch 3 dengan 500 lebih pendaftar setiap periodenya.
“Ini menjadi introspeksi bahwa bisa jadi banyak partai itu tidak membuka ruang kepada generasi muda, terutama Gen X, Z dan M dalam melakukan proses pendidikan politik. Kondisi itu melahirkan kegelisahan, nah bisa jadi PDP ini menjadi oase politik bagi orang muda yang ingin terlibat dalam partai,” ujar Ferry Kurnia Rizkiyansyah, mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang kini menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Perindo.
Pendidikan politik tidak cukup hanya lewat teori atau wacana di media sosial. Generasi muda butuh pengalaman nyata bagaimana rapat diselenggarakan, bagaimana keputusan dibuat, hingga bagaimana isu publik ditangani.
“Melalui PDP, mereka diberi pemahaman nyata tentang aktivitas partai politik, sambil dibekali pendidikan politik,” tutur penulis buku Pertaruhan Demokrasi: Dinamika Pemilu 2009 ini.
PDP yang digagas Partai Perindo atau dikenal dengan Partai Kita, berlangsung selama empat bulan pada batch ketiga ini. Peserta diberikan materi komunikasi publik, kampanye digital hingga strategi pemenangan Pemilu. Tak hanya dijalankan di tingkat pusat, PDP telah direplikasi di sejumlah daerah.
Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan DPP Partai Perindo Juang Akbar menilai, banyaknya jumlah pendaftar program ini membuktikan bahwa stigma orang muda apatis politik tidak sepenuhnya benar.
“Antusiasme untuk terlibat bahkan bergabung dengan partai politik sebenarnya besar, tinggal bagaimana partai politik terbuka dan memberikan akses yang inklusif dan setara bagi orang muda. Harapan kita, generasi muda bisa melek politik, optimis dan melihat partai politik sebagai wadah untuk ikut memajukan Indonesia,” ucap Juang.
PIC PDP Partai Perindo ini menambahkan, banyak inisiatif lahir dari peserta PDP. Mulai dari program Persatuan Muda Summit, pendampingan UMKM lewat Kita Kreasi, hingga SOP pengelolaan aset partai di daerah.
“Generasi muda ini kritis, memberikan insight dan feedback, bahkan melahirkan program yang relevan dengan kebutuhan publik,” katanya.
Bagi peserta, PDP Batch 3 menjadi pengalaman pertama untuk memahami politik dari dekat. Catharina Aventia Lorensa, lulusan Ilmu Komunikasi dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, mengaku awalnya menganggap dunia politik itu menyeramkan.
“Lewat PDP saya belajar bahwa politik tidak menyeramkan. Justru partai peduli dengan kita, hanya mungkin selama ini kita belum tahu jalannya,” ucapnya yang kini terlibat di Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Perindo.
Hal serupa dirasakan Imam Gazi Al Farizi, mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Airlangga, Surabaya.
"Ternyata vibes-nya seseru itu, kita bisa lihat sisi lain dari partai politik. Banyak orang-orang dengan pengalaman hebat di sini, dan mereka berusaha menghadirkan wajah baru politik melalui transformasi," tuturnya.
Editor: Puti Aini Yasmin