Pelaku Terorisme di Makassar Baru Bergabung JAD

BOGOR, iNews.id - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli menyebut pasangan suami istri pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar yakni ML dan YSF anggota baru jaringan Jemaah Anshorut Daulah (JAD). Keduanya direkrut seniornya yang beberapa sudah tertangkap.

"Jaringannya JAD, tapi orang merupakan orang baru. Artinya proses rekrutan dari seniornya terdahulu yang saat ini antara lain senior itu sudah ditangkap termasuk yang ditangkap bulan Januari di Makassar," kata Boy Rafli, usai acara Silaturhmi Kebangsaan Penyintas dan Mitra Deradialisasi di Puncak, Kabupaten Bogor, Selasa (30/3/2021) malam.

Israel Hadapi 'Tsunami Kesehatan Mental' setelah 2 Tahun Perang Gaza

Jenderal bintang tiga itu menambahkan, pasangan tersebut masuk dalam kategori milenial yang rentan terpapar paham radikalisme. Kaum milenial mudah didoktrin untuk melakukan aksi kekerasan.

"Memang kaum milenial yang paling efektif untuk aksi-aksi seperti itu. Kalau orang tua sudah mikir gak mau seperti itu. Kalau anak muda, dia langsung telan itu doktrin-doktrin menyesatkan, dia percaya dan laksanakan apa kata mentornya," katanya.

Kilang Balongan Meledak Lagi saat Pemadaman, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Di sisi lain, aksi bom bunuh diri pasangan suamoli istri yang belum lama menikah itu sebagai 'bulan madu' sangat jauh dari akal sehat dan norma agama.

"Ya tentu bulan madu yang mereka lakukan dengan aksi bom bunuh diri itu di luar akan sehat dan jauh dari nilai agama. Bulan madu dengan akal sehat tentunya mensyukuri telah menjadi pasangan hidup selalu berdoa, meminta doa menjadi pasangan sakinah mawaddah, warahmah. Bukan melakukan tindakan yang dilakukan pasangan ini," kata Boy Rafli.

Ke depan, BNPT terus bekerja keras untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terutama untuk kaum milenial agar tidak mudah terpengaruh atau terjerumus dalam lingkaran paham radikalisme.

"Kita harus berusaha keras jangan lagi ada pasangan atau anak-anak muda berpandangan atau berprinsip seperti itu. Cukup itu yang terkahir. Karena tidak layak, tudak sepantasnya kita bangsa Indonesia terjebak dalam tindak kekerasan sebagaimana yang dilakukan aksi bom bunuh diri tersebut," ujarnya.

Editor: Muhammad Fida Ul Haq