Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Anak Kelamaan Main HP Bisa Bikin Mata Juling, Ini Faktanya
Advertisement . Scroll to see content

Penelitian: Hati-Hati, Terlalu Sering Main Gadget Bisa Merusak Otak Anak

Senin, 03 Agustus 2020 - 18:00:00 WIB
Penelitian: Hati-Hati, Terlalu Sering Main Gadget Bisa Merusak Otak Anak
Wakil Kepala BSSN Komjen Pol Drs Dharma Pongrekun. (Foto: Istimewa).
Advertisement . Scroll to see content

Komjen Pol Drs Dharma Pongrekun, MM, MH.
Mantan Direktur Narkoba Bareskrim Polri tahun 2015 dan saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara.

GADGET merusak otak anak jika terlalu sering terpapar. Gadget seolah tak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak yang lahir di zaman milenial saat ini, begitupun mereka yang masih di bawah umur 12 tahun. Padahal, potensi gadget merusak otak anak bisa terjadi jika anak dibiarkan terlalu lama menatap layar gadget tersebut. Apakah yang bisa orangtua lakukan?.

Para ilmuwan sudah memberikan istilah baru terhadap perilaku kecanduan gadget yang mereka sebut screen dependency disorder (gangguan ketergantungan terhadap layar gadget) atau SDD. Sebuah penelitian terbaru menemukan, 30 persen anak di bawah usia 6 bulan sudah mengalami paparan gadget secara rutin dengan rata-rata 60 menit per hari.

Di usia 2 tahun, 9 dari 10 anak mendapat paparan gadget yang lebih tinggi dan berpotensi membuat mereka mengalami SDD. Potensi gadget merusak otak anak bisa lebih tinggi jika si kecil terkena paparan gadget sejak dini.

Tanda Anak Mengalami SDD

Waspadai tanda-tanda anak kita yang mengidap SDD. Tanda-tanda tersebut yaitu:
1. Sibuk dengan gadget dan anak kita menjadi agresif ( salah satu ciri: jadi pemarah ) jika tidak memegang gagdet.
2. Anak menangis dan tantrum (ngamuk) ketika gadget diambil darinya.
3. Tidak berhenti main gadget meski orangtua sudah menyuruhnya berhenti.
4. Tidak tertarik bermain di luar rumah atau kegiatan ekstra di sekolah, lebih memilih bermain gadget seharian.
5. Tetap main gadget walaupun sudah tahu dampak negatifnya.
6. Memaksimalkan setiap kesempatan agar bisa main gadget lebih lama, bahkan hingga berbohong pada orangtua.
7. Menggunakan gadget untuk mengalihkan perhatian, dan selalu memohon main lebih lama saat orangtua menyuruhnya berhenti.

Menganggu Proses Tumbuh Kembang

Penelitian ini mengumpulkan data dampak dari anak yang terlalu sering bermain gadget. Paparan layar gadget dari merusak otak anak hingga berakibat pada tumbuh kembang otaknya. Dampak tersebut: Pertama, anak kurang tidur dan kemampuannya untuk fokus sangat rendah. Anak lebih sering tidur di siang hari dan terjaga di malam hari.

Kedua, setiap penggunaan gadget selama 15 menit, mengurangi waktu tidur anak 60 menit. Ketiga, speech delay (terlambat mampu berbicara) pada anak yang memiliki waktu bermain gadget tinggi. Keempat, masalah dalam tumbuh kembang fisik anak, seperti: berat badan turun atau malah naik dengan drastis, sakit kepala, kurang gizi, insomnia, hingga masalah penglihatan dan kelima, masalah tumbuh kembang emosi anak, seperti: kecemasan, perasaan kesepian, rasa bersalah, isolasi diri, dan perubahan mood yang drastis.

Studi ini juga menunjukkan, SDD membuat otak anak menyusut, hingga memengaruhi kemampuan mengatur rencana, organisasi, dan lain-lain. Selain anak, remaja dan orang dewasa juga menghadapi dampak negatif dari paparan gadget yang berlebihan. Namun, karena otak anak masih berkembang, maka dampaknya lebih buruk bagi mereka.

Apa yang Bisa Orangtua Lakukan?

Ada beberapa tips. Pertama, sibukkan diri dengan berkegiatan dan jangan gunakan gadget. Tahu gak sih, apa sebenarnya penyebab anak-anak kita bisa ketergantungan pada gadget? Anak kita bisa ketergantungan, karena tidak adanya kegiatan yang anak kita kerjakan, karena tidak ada keadaan yang memaksa anak kita untuk melakukan sesuatu, maka timbul perasaan malas dan enggan untuk bergerak, karena terbiasa tidak melakukan sesuatu.

Ketika anak kita mulai malas, anak kita hanya ingin melakukan kegiatan yang tidak harus berpindah atau bergerak, misalnya bermain gadget. Hal ini dikarenakan anak kita merasa nyaman dengan keadaan seperti itu. Keadaan inilah yang bisa membuat anak kita ketergantungan kepada benda kecil berjuta kesenangan ini.

Nah, dengan mengikuti suatu kegiatan atau menyibukkan diri dengan berorganisasi, maka kita sudah berupaya agar anak tidak ketergantungan pada gadget. Agenda-agenda dalam kegiatan berorganisasi pun akan membuat fokus anak-anak teralihkan, dari yang hanya berdiam diri menjadi orang yang lebih produktif.

Kegiatan terbaik, salah satunya melatih sel-sel agar cerdas kembali, hingga dapat mencapai potensi fitrahnya melalui latihan jasmani khusus.

Tubuh yang cerdas tahu apa yang dibutuhkannya. Prof Robert W Lovett dari Harvard Medical School adalah salah satu tokoh yang mengajarkan penggunaan kecerdasan tubuh. Dengan teknik khusus, tubuh bisa ditanya dan mampu memberikan jawaban yang objektif. Bila suatu hal (fasilitas, metode, produk, lingkungan atau bahkan tim) tidak dibutuhkan tubuh, karena tidak baik untuk kesehatan, hasil tes akan melemahkan tubuh. Sebaliknya, bila baik untuk kesehatan, hasil tes akan menguatkan tubuh.

Buktinya, menempelkan gadget ke telinga atau area dada dekat jantung, radiasi gadget akan melemahkan tubuh saat dites dengan metode tersebut. Pertanda sel-sel tubuh yang cerdas mampu mengenali bahaya gadget yang radiasinya ternyata melemahkan potensi tubuh. Metode ini populer di antara praktisi kesehatan di Eropa dan Amerika.

Kedua, tegas. Bersikap tegaslah dalam mendidik anak. Sikap tegas ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Bekali saja gadget jadul yang tidak bisa akses internet untuk anak kita dan uninstall aplikasi dan games yang membuat ketergantungan dari gadget.

Tidak bisa dimungkiri, jika memainkan games atau mengecek akun sosial media merupakan salah satu hal yang menyenangkan. Eits, tapi tunggu dulu! Hal yang menyenangkan belum tentu bermanfaat. Semakin anak kita menyukai sebuah aplikasi, maka semakin besar kemungkinan anak kita akan terus membukanya, dan akibatnya anak kita malah jadi ketergantungan pada gadget-mu.

Untuk mencegah hal itu terjadi, kita bisa meng-uninstall aplikasi-aplikasi di gadget kita dengan tujuan agar keinginan anak kita untuk membuka dan mengambil gadget kita, bahkan tanpa setahu kita untuk membuka aplikasi tersebut bisa berkurang, karena telah dihapus dari gadget. Tidak adanya aplikasi tersebut, maka anak kita jadi tidak punya dorongan lagi untuk selalu berkutat pada gadget.

Pesan

Penting kita berikhtiar agar anak kita bisa terbebas dari yang namanya ketergantungan terhadap gadget. Hal yang menyenangkan belum tentu baik untuk anak kita kedepannya. Selalu ingat bahaya dan betapa ruginya anak kita jika ketergantungan.

Bermain games, misalnya, menurut Hikari Takeuchi, seorang profesor muda dari Tohoku University Jepang yang menulis “Impact of Videogame Play on The Brain’s Microstructural Properties: Cross-sectional and Longitudinal Analysis” yang dirujuk oleh Aric Sigman, seorang psikolog Amerika Serikat yang menulis tentang SDD, bermain games selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan neuroadaptation (adaptasi saraf) dan neural structural changes (perubahan struktur di daerah saraf) yang terkait dengan kecanduan.

Jangan biarkan ini terus dilanjutkan, karena akan merugikan diriku, anakku sendiri, bahkan orang-orang di sekitarku. Masa depan anak kita tergantung pada keputusan kita saat ini untuk jangan mau diperbudak oleh gadget-mu. Ayo semangat!.

Editor: Zen Teguh

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut