Pengamat: Mesin Politik PDIP dan Gerindra Terburuk di Pilkada 2018
JAKARTA, iNews.id – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018, Rabu (27/6/2018) lalu, banyak memberikan kejutan. Di antaranya berkaitan dengan hasil yang diperoleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selaku pendukung penguasa saat ini, dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) selaku opisisi.
Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah Badrun, menilai kedua partai tersebut memiliki kinerja mesin politik cukup buruk pada pilkada kali ini. Pasalnya, PDIP dan Gerindra hanya mampu memperoleh peringkat terendah dalam kompetisi demokrasi yang digelar secara serentak di 171 daerah itu.
“Kita boleh menyebut PDIP dan Gerindra mesin politiknya terburuk untuk 17 provinsi, karena persentase kemenangannya terkecil,” ujar Ubedillah saat ditemui di Jakarta, Sabtu (30/6/2018).
Berdasarkan hasil sementara hitung cepat oleh lembaga survei, PDIP hanya memperoleh persentase kemenangan sebesar 23,5 persen, sedangkan Gerindra meraih 17,6 persen kemenangan dari seluruh pasangan calon (paslon) yang mereka dukung di Pilkada 2018. PDIP dan Partai Gerindra berada di urutan terbawah dibandingkan dengan parpol-parpol lainnya.
Menurut Ubedillah, hal ini sekaligus menunjukkan kinerja mesin politik Gerindra dan PDIP lebih buruk dari partai-partai lainnya, sekalipun dua partai itu tetap meraih suara besar dari masyarakat. Sementara, mengenai tingginya hasil kemenangan pilkada dari parpol papan tengah dan papan bawah, dia menilai itu bisa membentuk poros baru di Pilpres 2019.
“Memunculkan poros baru dari partai penengah. Mereka tentu memberikan daya jual tinggi karena memiliki banyak kepala daerah,” ucap direktur Pusat Studi Sosial Politik Indonesia UNJ itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil