Pengamat Ungkap Anak Muda Masih Sedikit Kesadarannya dalam Politik
JAKARTA, iNews.id - Kalangan anak muda diketahui masih sedikit kesadarannya dalam hal politik, terlebih dalam ajang yang penting seperti penentuan suara mereka. Pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menyebutkan, rendahnya partisipasi kalangan pemuda tak lepas dari peran partai politik itu sendiri.
Menurutnya, selama ini parpol hanya melakukan pendekatan ke kalangan muda jika sudah mendekati masa-masa pemilihan.
"Mereka akan melakukan gerilya, melakukan kerja politik baik itu propaganda, persuasif, dan sebagainya itu hanya di masa-masa ketika kontestasi politik," kata Dedi saat mengisi webinar Mendorong Partisipasi Anak Muda dalam Politik yang digelar Partai Perindo, Jumat (1/3/2024).
Dedi menuturkan, untuk menarik partisipasi pemuda dalam politik harus melakukan pendekatan jangka panjang. Kalangan muda tak akan tergiur dengan pendekatan parpol yang sebatas menjelang kontestasi politik dan hanya akan menerjunkan pemuda dalam politik era mediasi.
"Jadi anak muda itu hanya sebatas mediator saja bukan kelompok yang bergerak atau bukan kelompok pendobrak dari tradisi lama," ujar Dedi.
"Politik yang hanya dikuasai oleh kelompok-kelompok matang dalam usia maupun ekonomi sehingga anak-anak muda ini akan kesulitan untuk muncul," tuturnya menambahkan.
Dedi mengatakan sulit untuk membawa pemilih muda ke ranah yang valid. Hal itu lantaran pemuda tidak stabil dalam isu-isu politik.
"Mereka akan menyukai hal-hal yang sifatnya kontestasi, ikut meramaikan dalam hal festival, kampanye, dalam hal bisa digiring untuk membentuk opini publik termasuk juga bisa meramaikan di medsos," kata Dedi.
Dedi menyebutkan, keramaian yang diikuti kalangan pemuda hanya sebatas prakontestasi. Para anak muda cenderung enggan untuk ikut andil dalam kontestasi yang sesungguhnya.
"Akan banyak anak-anak muda yang terlibat dalam kampanye-kampanye politik, diskusi-diskusi politik, memasukkan perdebatan-perdebatan politik di media sosial dan tempat lain, tetapi dalam proses yang valid ketika ada pemilihan datang ke TPS (tempat pengambilan suara) itu tidak menjanjikan," ucap Dedi.
Editor: Reza Fajri