Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pandji Pragiwaksono Dikecam Pemuda Toraja Indonesia, Dinilai Lecehkan Adat Pemakaman
Advertisement . Scroll to see content

PMTI Kecam Pandji Pragiwaksono, Candaan soal Rambu Solo Lukai Hati Orang Toraja

Senin, 03 November 2025 - 14:05:00 WIB
PMTI Kecam Pandji Pragiwaksono, Candaan soal Rambu Solo Lukai Hati Orang Toraja
PMTI kecam Pandji Pragiwaksono atas candaan yang dianggap menghina adat dan budaya Toraja. (Foto: Ist)
Advertisement . Scroll to see content

MAKASSAR, iNews.id - Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) mengecam keras komika Pandji Pragiwaksono atas materi komedi yang dinilai melecehkan tradisi adat Rambu Solo’. Dalam potongan video yang viral di media sosial, Pandji menyinggung tradisi pemakaman adat Rambu Solo’ dengan candaan yang dinilai merendahkan nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat Toraja.

Dalam video itu, Pandji mengatakan banyak warga Toraja jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta pemakaman, bahkan menggambarkan jenazah yang belum dimakamkan dibiarkan di ruang tamu.

“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal, makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ucap Pandji dalam video tersebut.

“Banyak yang nggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu di ruang TV. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja, tapi kalau ada tamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor,” katanya lagi.

Namun di luar panggung, tawa itu berubah menjadi gelombang kecaman, terutama dari masyarakat Toraja yang menilai ucapan Pandji telah melukai dan menistakan budaya mereka.

Ketua PMTI Makassar, Amson Padolo termasuk yang paling keras menyuarakan protes terhadap materi Pandji. Dia menilai pernyataan komika itu bukan sekadar lelucon, tetapi penghinaan terhadap adat dan tradisi Toraja.

“Kami sangat menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat Toraja sebagai bahan lelucon,” ujar Amson dalam keterangan resminya dikutip dari iNews Celebes, Senin (3/11/2025).

Menurutnya, ada dua hal yang paling melukai masyarakat Toraja. Pertama, pernyataan bahwa warga Toraja jatuh miskin karena upacara adat. Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan televisi.

“Itu sama sekali tidak benar dan sangat menyinggung,” katanya.

Amson menjelaskan bahwa dalam tradisi Rambu Solo’, penyimpanan jenazah dilakukan dengan penuh penghormatan di ruang khusus, bukan di sembarang tempat seperti yang digambarkan Pandji. Bila keluarga belum mampu menggelar upacara besar, biasanya akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan lebih dulu tanpa meninggalkan nilai adat.

Amson menegaskan, Rambu Solo’ bukan pesta kemewahan, melainkan ritual penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal dunia. Upacara ini merupakan simbol kasih sayang, solidaritas dan gotong royong antarwarga Toraja.

“Esensi Rambu Solo’ itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan, bukan tentang pesta atau kemewahan,” ujarnya.

Dia menilai banyak pihak luar yang salah memahami upacara adat Toraja hanya dari sisi luarnya.

“Pandji seharusnya memahami konteks ini sebelum menjadikan adat kami sebagai bahan humor yang justru melukai perasaan banyak orang,” katanya.

PMTI mengingatkan budaya Toraja bukan sekadar kebanggaan lokal, tetapi juga ikon warisan budaya dunia. Upacara Rambu Solo’ dan arsitektur Tongkonan telah menjadi daya tarik wisata internasional yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya takbenda.

“Toraja adalah simbol keberagaman dan kekayaan budaya Nusantara. Menghina adat ini berarti tidak menghormati jati diri bangsa sendiri,” ujar Amson.

PMTI mendesak Pandji Pragiwaksono untuk segera menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada masyarakat Toraja melalui media nasional maupun platform digital.

“Kami menuntut Pandji meminta maaf secara terbuka. Ini bukan hanya soal Toraja, tapi pelajaran bagi siapa pun agar tidak menjadikan budaya orang lain sebagai bahan lelucon,” kata Amson.

Menurutnya, humor seharusnya digunakan untuk mendidik dan membangun kesadaran sosial, bukan memperkuat stereotip atau mempermalukan kelompok tertentu.

“Tidak semua hal bisa dijadikan bahan tertawaan. Bagi kami, ini bukan lucu, tapi menyakitkan, apalagi diucapkan oleh figur publik,” ucapnya.

Editor: Donald Karouw

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut