Prabowo Ingat Pernah Diejek Teman saat Dirikan Partai Gerindra: Apa Itu Grindri-Grindru?
JAKARTA, iNews.id - Prabowo Subianto menceritakan kenangan ketika dia dan beberapa rekannya berjuang untuk mendirikan Partai Gerindra. Dia mengaku pada waktu itu pernah diejek, bahkan harus dihina oleh orang-orang dekatnya sendiri.
Mantan pangkostrad itu menuturkan, 12 tahun yang lalu, dia berkumpul bersama teman-teman pendiri Partai Gerindra lainnya untuk menyatukan sebuah gagasan besar. Gagasan untuk ikut berpengaruh dalam jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Bukan dari pinggir, bukan jadi penonton, bukan jadi pengamat, bukan jadi pengkritik saja. Tapi kita putuskan kita akan terjun ke kancah politik untuk melakukan perubahan pada bangsa dan negara,” kata Prabowo saat memberikan sambutan Peringatan HUT ke-12 Partai Gerindra di Jakarta, Kamis (6/1/2020).
Ketua umum Partai Gerindra itu mengatakan, perjuangannya juga tidak mudah untuk membangun partai politik. Apalagi, pada saat itu dia sempat terlambat ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) karena masih sibuk mencari gambar logo partai. Di samping itu, Prabowo mengaku masih ada rekannya yang menertawakan niat dia dan kawan-kawan pendiri partainya.
“Ada kawan-kawan saya lama berjuang dari kecil, orang-orang yang saya ikut besarkan waktu saya sempat jadi pejabat di Orba (Orde Baru), saya banyak beri proyek, bantuan. Orang-orang ini saya ajak dirikan partai, reaksi mereka ketawa. Mereka tanya, ‘Apa? Partai? Apa itu Grindri-grindru?’ Ini demi Allah,” ujar Prabowo.
Akan tetapi, Prabowo menegaskan, ejekan tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk membangun Partai Gerindra. Menurutnya, perjuangan dia bersama pendiri partai lainnya itu merupakan jalan yang sangat tepat.
“Waktu itu yang menggerakkan kita cita-cita, cinta kita pada Tanah Air. Yang gerakkan kita ketidakrelaan kita melihat negara kita, negara di jalan yang tak benar, tak tepat, tak sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa, tak sesuai dengan UUD 1945, tak sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945,” ujar politikus yang kini menjabat menteri pertahanan itu.
Editor: Ahmad Islamy Jamil