Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kemenperin Ungkap Ada 79 Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia, Segini Besaran Investasinya
Advertisement . Scroll to see content

Prabowo Resmikan Proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Senilai Rp95,60 Triliun

Minggu, 29 Juni 2025 - 15:48:00 WIB
Prabowo Resmikan Proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Senilai Rp95,60 Triliun
Presiden Prabowo Subianto meresmikan proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di kawasan Artha Industrial Hills, Karawang, Minggu (29/6/2025). (Foto: YouTube Sekretariat Presiden)
Advertisement . Scroll to see content

KARAWANG, iNews.id - Presiden Prabowo Subianto meresmikan proyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025). Kepala Negara menekankan pentingnya pengembangan industri energi baru sebagai langkah strategis menuju kemandirian dan ketahanan energi.

"Saya Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia dengan penuh kebanggaan meresmikan ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL. Dengan demikian, saya nyatakan dimulai," ujar Prabowo dalam pidatonya.

Prabowo mengaku jika sebelumnya enggan menghadiri kegiatan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek-proyek strategis di Tanah Air. Namun, proyek kali ini berbeda karena menurutnya memiliki nilai strategis.

"Biasanya saya tidak terlalu mau hadir groundbreaking, tapi hali ini saya hadir. Saya percaya dan saya sadar betapa acara ini bersejarah dan punya nilai strategis," kata Prabowo.

Menurutnya, cita-cita hilirisasi sudah lama di Indonesia, dari Presiden pertama RI, Soekarno telah menyampaikan cita-cita hilirisasi sumber daya alam (SDA).

 "Cita-cita hilirisasi sudah sangat lama. Dari sebenarnya Presiden RI pertama, dari Bung Karno sudah bercita-cita hilirisasi dan presiden-presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menuturkan, proyek senilai 5,9 miliar dolar AS atau setara Rp95,60 triliun ini ditargetkan mampu memproduksi hingga 15 gigawatt (GW) baterai kendaraan listrik.

"Untuk di lokasi ini, kita resmikan area ground breaking 15 gigawatt. 15 gigawatt ini sama dengan kalau kita konversi ke mobil, baterai mobil, itu kurang lebih sekitar 250.000 sampai 300.000 mobil," kata Bahlil.

Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa proyek ini merupakan hasil kolaborasi antara Indonesia dan China, khususnya dengan perusahaan Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

Menurutnya, Indonesia memiliki sebagian besar bahan baku penting untuk baterai seperti nikel, mangan, dan kobal, namun belum menguasai teknologi secara komprehensif, sehingga dibutuhkan kerja sama dengan mitra internasional seperti CATL.

"Indonesia itu betul dari bahan baterai, nikel, mangan, kobal, dan litium. Yang kita tidak punya itu tinggal litiumm mangan, kobal, dan nikel kita punya semua. Tetapi teknologi itu memang belum terlalu kita miliki secara komprensif, karena itu kita lakukan kerjasama dengan teman-teman dari China, khususnya CATL," tuturnya.

Bahlil menambahkan, dalam struktur proyek tersebut, BUMN Indonesia menguasai 51 persen saham, termasuk melalui PT Aneka Tambang (Antam) di sektor hulu, HPAL (High Pressure Acid Leaching), dan smelter.

Untuk lini precursor, katoda, hingga baterai sel, kepemilikan Indonesia minimal mencapai 30 persen, dan Bahlil menyebutkan ada potensi peningkatan kepemilikan lebih kuas di masa depan.

"Dan atas arahan Bapak Presiden kemarin untuk kita bangun tidak hanya baterai mobil, tapi juga baterai untuk mengisi listrik dalam mempergunakan solar panel. Dan kemarin sudah kita bicarakan, dan insyaallah mereka bersedia untuk kita kembangkan agar semua produk ada dalam negeri," ucapnya.

Selain nilai investasinya yang besar, proyek ini diperkirakan menciptakan 8.000 lapangan kerja langsung dan sekitar 35.000 pekerjaan tidak langsung. Multiplier effect terhadap perekonomian nasional diperkirakan mencapai 40 miliar dolar AS per tahun.

"Ini bukan angka kecil. Dan ini setiap tahun ketika harganya naik, itu naik lagi," ujar Bahlil.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut