Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bahlil soal Masih Ada yang Tolak Gelar Pahlawan Soeharto: Saya Doakan Mereka Ikhlas
Advertisement . Scroll to see content

Profil Abdul Moeis, Wartawan Jadi Pahlawan Nasional Pertama Indonesia

Rabu, 03 Juli 2024 - 06:01:00 WIB
Profil Abdul Moeis, Wartawan Jadi Pahlawan Nasional Pertama Indonesia
Abdul Moeis (dok. IKPNI)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Abdul Moeis adalah orang pertama yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh Pemerintah Indonesia. Dia dikukuhkan menjadi pahlawan oleh Presiden Soekarno pada 30 Agustus 1959, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 218 Tahun 1959. 

Abdul Moeis merupakan sastrawan, politikus dan juga wartawan. Putra ketiga dari lima bersaudara ini lahir pada 3 Juli 1883 di Sungai Puar, Sumatera Barat. 

Sebagai anak demang atau semacam kepala distrik pada masa Hindia Belanda, Moeis mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah kedokteran STOVIA. Namun, karena dirinya tidak kuat melihat darah, Abdul Moeis tak melanjutkan pendidikan dokternya. 

Meski tak lulus STOVIA, Abdul Moeis sangat mahir berbahasa Belanda. Hal itu membuatnya diangkat menjadi klerk atau pegawai negeri di Departemen Pendidikan dan Agama.

Abdul Moeis lalu beralih profesi ke bidang sastra dan jurnalistik. Dia menjadi anggota dewan redaksi majalah Bintang Hindia hingga korektor di Harian De Preanger Bode. Selama menjadi korektor, Moeis banyak membaca tulisan-tulisan orang Belanda yang berisi penghinaan kepada Indonesia. 

Jiwa jurnalisnya pun terdorong dengan menulis artikel-artikel yang berisi tangkisan atas penghinaan Belanda. Artikel-artikelnya dikirim ke De Express, harian berbahasa Belanda yang dipimpin Douwes Dekker.

Abdul Moeis juga berkecimpung di dunia politik. Dia pernah bergabung ke Sarekat Islam (SI), sebagaimana tertera dalam buku Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan karya Johan Prasetya (2014).

Moeis memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan berbagai cara. Saat berada di Belanda, dia mempengaruhi tokoh-tokoh politik di Negeri Kincir Angin itu untuk membangun sekolah tinggi teknologi di Indonesia. Berkat perjuangannya, sekolah itu berhasil didirikan dan saat ini dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pulang dari Belanda, Abdul Moeis meneruskan karier jurnalistiknya dengan bekerja di Harian Neraca. Dia juga pernah memimpin Harian Utusan Melayu dan Perobahan. Lewat surat kabar itu, Moeis menyebarkan tulisannya yang melawan penjajahan Belanda.

Moeis sempat ditangkap dan diasingkan ke Garut pada 1927 karena terlibat peristiwa pemogokan massal di Yogyakarta. Selama di Garut, Moeis menulis sebuah karya sastra populer yang berjudul Salah Asuhan.

Pada masa pendudukan Jepang, nama Abdul Moeis jarang terdengar akibat menderita suatu penyakit. Pasca-kemerdekaan, namanya kembali muncul. Moeis bergabung ke Majelis Persatuan Perjuangan Priangan yang berpusat di Wanaraja.

Abdul Moeis mengembuskan napas terakhirnya pada 17 Juni 1959 di Bandung.

Editor: Reza Fajri

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut