Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kapan Polda Metro Gelar Perkara Khusus Kasus Fitnah Ijazah Jokowi? Ini Bocorannya
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Profil Prof Teuku Jacob menarik diulas. Dia merupakan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) saat Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) berkuliah di sana.

Jokowi merupakan mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM, dengan masa studi antara tahun 1980 hingga lulus pada 1985. 

Selama kurun waktu tersebut, UGM dipimpin oleh dua rektor berbeda, yang tentunya memainkan peran penting dalam perkembangan kampus, termasuk dalam dunia akademik yang dijalani Jokowi.

Pertama adalah Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, M.A . Dia memimpin periode 1980–1981. Setelahnya ada Prof. Dr. Teuku Jacob, M.S, D.S (1981–1985).

Siapa Prof Dr. Teuku Jacob?

Jacob lahir 6 Desember 1929 di Peureulak, Aceh Timur. Dia putra bungsu dari Soeleiman dan Tjut Kariman. D

Dia pertama kali bersekolah di HIS Poesaka, Peureulak pada 1936 dan juga HIS Langsa pada tahun 1938. Jacob kemudian menamatkan pendidikannya pada 1942.

Setelah Jacob melanjutkan pendidikan di Kokumin Gakkö Langsa pada tahun 1942 sampai 1943. Lalu dia melanjutkan sekolah Tygakkö sampai 1945. Selanjutnya dia menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Tinggi Kutaraja Banda Aceh mulai tahun 1946 sampai 1949.

Jenjang pendidikan tingginya dia tempuh di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan mulai dekat dengan Tentara Pelajar Aceh. 

Jacob menjadi asisten mahasiswa untuk Anatomi Manusia pada tahun 1953 sampai 1954 selama menjadi mahasiswa fakultas kedokteran, dan dilanjutkan sebagai Asisten Mahasiswa untuk Antropologi dari tahun 1954 sampai 1956.

Dikutip dari buku Rektor-Rektor Universitas Gadjah Mada: Biografi Pendidikan, beliau merupakan lulusan Fakultas Kedokteran (FK) UGM pada 1956 dan kemudian tahun berikutnya melanjutkan pendidikan di Universitas Arizona, lalu Howard University.

Pengabdiannya pada UGM dimulai dengan menjadi dosen. Tidak butuh waktu lama baginya untuk naik ke jabatan Sekretaris FK UGM pada tahun 1973—1975 sebelum akhirnya naik menjadi Dekan pada tahun 1975.

Jacob akhirnya mengemban jabatan sebagai Rektor UGM pada Desember 1981. Dalam biografinya tersebut, Aprinus Salam menulis pria kelahiran Aceh ini sebagai sosok dengan khazanah keilmuannya yang luas.

Hal ini dapat dilihat dari sejumlah gelar yang dicapainya, karya yang dihasilkan, dan juga beragamnya relasi profesional yang ia miliki. Jacob disebut sebagai pakar dalam bidang antropologi budaya, lingkungan, arkeologi, biologi, paleoantropologi, biopolitik, polemologi, dan lain sebagainya.

Jacob banyak mengabdikan hidupnya bagi ilmu pengetahuan. Namun, asma yang diidapnya membuatnya tidak tahan dengan bau mayat. Akhirnya dia memilih ilmu Antropologi Ragawi.

Pengabdiannya pada bidang inilah yang mengantarkannya membuka pengetahuan baru bagi umat manusia dengan penemuan fosil Homo erectus Jawa di Sangiran pada 1962 dan Homo floresiensis di Liang Bua, Pulau Flores. Penemuan Jacob membantunya membantah hipotesis yang menyebutkan manusia purba Jawa memiliki kebiasaan memenggal dalam praktik kanibalisme.

Jacob meninggal dunia pada Rabu, 17 Oktober 2007 pukul 17.45 WIB di Rumah Sakit Dr Sardjito, Yogyakarta akibat komplikasi penyakit lever. Almarhum dimakamkan pada hari Kamis, 18 Oktober 2007 pukul 13.00 WIB di pemakaman keluarga UGM Sawit Sari.

Di pojok selatan kampus UGM terdapat gedung tiga tingkat yang didominasi cat warna putih cerah. Sedikit unik, dia area teras depan gedung terdapat patung manusia purba. Gedung ini diberi nama Gedung T Jacob, lokasi Museum Bio-Paleoantropologi.

Editor: Reynaldi Hermawan

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut