NTB, iNews.id - Gelaran MotoGP Mandalika 2023, Ganjar Pranowo dan keluarganya tiba di Bandara Zainuddin Abdul Madjid, diterima dengan hangat Tuan Guru Bajang (TGB) HM Zainul Majdi, mantan Gubernur NTB.
Nama TGB semakin populer karena selain menjadi mantan Gubernur NTB, saat ini ia menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Pemenangan Nasional "Ganjar for Presiden". Mari kenali lebih jauh sosok TGB ini.
Gagalkan Serangan Teror Natal dan Tahun Baru, Turki Tangkap 115 Tersangka ISIS
Profil TGB HM Zainul Majdi
Muhammad Zainul Majdi yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) lahir pada tanggal 31 Mei 1972 di Pancor, Selong, Nusa Tenggara Barat (NTB).
TGB adalah seorang cendekiawan muslim, ulama tafsir Al Quran, pemimpin dalam organisasi masyarakat, dan seorang politisi yang pernah menjabat sebagai Gubernur NTB selama dua periode, yakni pada tahun 2008-2013 dan 2013-2018.
Silaturahmi ke Ponpes Nurul Muhsinin, Ganjar dan TGB Disambut Para Ulama dan Ratusan Santri
Sebelum menjabat sebagai Gubernur, TGB M Zainul Majdi telah menjadi anggota DPR selama periode 2004-2009, di mana ia bertanggung jawab atas berbagai isu, termasuk pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, seni, dan budaya melalui Komisi X.
TGB M Zainul Majdi adalah putra ketiga dari pasangan HM Djalaluddin, seorang mantan birokrat Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat, dan Hj. Rauhun Zainuddin Abdul Madjid.
Ganjar Pranowo Bersama TGB Zainul Majdi Kunjungi Pondok Pesantren di Lombok Tengah
Ibunya adalah putri pertama dari Almagfurullah Maulana Syaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid, yang sering disebut sebagai Tuan Guru Pancor. TGH M Zainuddin Abdul Madjid adalah pendiri organisasi Islam Nahdlatul Wathan (NW) serta mendirikan Madrasah NWDI, NBDI, dan Pesantren Darunnahdlatain.
Pendidikan awal TGB dimulai dengan menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Mataram (kini dikenal sebagai SDN 6 Mataram) pada tahun 1986. Ia menjalani pendidikan menengah pertamanya di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor selama dua tahun sebelum lulus dari Madrasah Aliyah yang sama pada tahun 1991.
Sebelum melanjutkan ke perguruan tinggi, TGB menghabiskan satu tahun untuk menghafal Al-Qur'an di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan Pancor dari 1991 hingga 1992.
TGB kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Kairo pada tahun 1992 untuk mengejar ilmu di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur'an di Universitas Al-Azhar. Ia berhasil meraih gelar LC (S1) pada tahun 1996. Selama lima tahun berikutnya, ia memperoleh gelar Master of Art (MA) dengan predikat "Jayyid Jiddan."
Setelah kembali dari Mesir, TGB mulai berdakwah di Pesantren As Syafi'iyah Pulo Air yang dimiliki oleh KH Abdullah Syafii. Ia kemudian kembali ke Pancor untuk mengelola Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor, yang telah menjadi peninggalan keluarga sejak tahun 1999 hingga saat ini.
Di bawah kepemimpinan TGB, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor mengalami perkembangan pesat dari segi fisik, prasarana, sumber daya, dan jumlah santri.
Karena aktivitas dakwahnya yang melibatkan seluruh penjuru Lombok atas undangan jamaah setelah kembali dari Mesir, ia diberi julukan Tuan Guru Bajang oleh masyarakat Pancor, mirip dengan panggilan yang diberikan kepada kakeknya, Almagfurullah Maulana Syaikh ketika datang dari Makkah.
Sebutan Tuan Guru Bajang atau yang sering disingkat TGB adalah yang menjadi nama yang dikenal oleh masyarakat NTB bahkan di seluruh Indonesia.
Menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, M Zainul Majdi melanjutkan studi ke tingkat S3 di universitas dan jurusan yang sama.
Editor: Johnny Johan Sompotan
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku