Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : RI-Turki Sepakat Tambah Frekuensi Penerbangan, Berikut Rutenya
Advertisement . Scroll to see content

Rentan Bencana Alam, Bangunan di Indonesia Mesti Dirancang Antigempa hingga Bebas Banjir

Rabu, 06 April 2022 - 18:16:00 WIB
Rentan Bencana Alam, Bangunan di Indonesia Mesti Dirancang Antigempa hingga Bebas Banjir
Bangunan di Indonesia harus dirancang bisa mengantisipasi bencana karena letaknya di lingkaran cincin api. (Foto: Antara)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Indonesia rawan bencana karena secara geografis terletak di lingkaran cincin api, mulai dari gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan banyak lagi. Mitigasi bencana dari segi bangunan pun perlu jadi pertimbangan utama sebelum membuat rumah misalnya. 

Ya, rumah antigempa yang berhasil diciptakan di Jepang bisa menjadi kiblat. Arsitektur bangunan didisain sedemikian rupa, sehingga saat guncangan gempa muncul, bangunan tinggi sekali pun tidak ambruk. 

Apa sebetulnya rahasia bangunan antigempa di Jepang? Apakah semua tergantung fondasi atau pemilihan material bangunan semata? 

Laman Nihongo Project menjelaskan bangunan mitigasi bencana alam memang sudah jadi fokus utama masyarakat Jepang sejak lama. Negara tersebut sangat sering mengalami gempa dan karena kondisi itu memaksa para pembuat bangunan mencipta suatu terobosan. 

Rumah atau bangunan antigempa pun lahir di Jepang. Banyak arsitek belajar ke Jepang untuk menggali rahasia di balik bangunan anti-gempa tersebut. Selidik punya selidik, bangunan antigempa yang diterapkan di Jepang memiliki beberapa tipe struktur, ada yang kokoh berdiri, ada juga yang dibangun fleksbel. 

"Pada bangunan dengan struktur kaku, memungkinkan bangunan tahan terhadap keruntuhan. Sedangkan bangunan fleksibel dirancang bisa menemuk, memungkinkan gaya gaya seismik menyebar ke seluruh bangunan," terang laporan tersebut dikutip Rabu (6/4/2022).

Metode lain yang bisa dijumpai dalam bangunan yang didisain dengan konsep mitigasi bencana adalah struktur redaman. Struktur tersebut dirancang untuk menyerap guncangan yang disebabkan oleh energi seismik. 

"Ada berbagai jenis struktur peredam yang digunakan pada bangunan tidak hanya di Jepag namun di negara lain juga. Hal yang perlu Anda ketahui, bahwa ini adalah struktur yang diintegrasikan ke dalam struktur bangunan untuk menyerap guncangan dari aktivitas seismik," tulis laporannya. 

Jenis struktur lain yang banyak diterapkan juga sebagai mitigasi bencana alam khususnya gempa bumi di Jepang adalah struktur isolasi seismik. Ini biasanya diterapkan pada bangunan bertingkat tinggi. 

"Bahan penyerap gempa ditempatkan sebagai bagian dari pondasi yang diletakkan di bawah bangunan," ucapnya. 

Desain ini memungkinkan getaran gempa diserap ke dalam struktur isolasi daripada diserap penuh oleh bangunan. Manfaat dari desain ini secara spesifik adalah berkurangnya besar getaran yang muncul akibat gempa. 

"Pada akhirnya, meski Jepang berhasil membuat bangunan antigempa, sejatinya tidak ada strutur yang mutlak mencegah guncangan gempa. Ya, walau dipastikan juga bahwa bangunan di Jepang seluruhnya cukup kuat menghadapi gempa," tuturnya.

Sementara itu, jika mitigasi bencana yang ingin dicapai adalah bangunan bebas banjir, maka struktur yang dipakai tentunya berbeda dengan mitigasi gempa. Pada laman The Constructor, diterangkan cukup jelas bahwa bangunan bebas banjir adalah keniscayaan yang bisa didapat. 

Hal ini amat bergatung dengan tingginya struktur bagunan, fondasi bangunan yang ternyata dirancang sangat khusus, bahan pengisi yang tak sembarang sampai material tambahan lain yang memengaruhi hasil akhir mitigasi. 

Kita akan bahas satu per satu. Pada bagian tinggi struktur bangunan misalnya, diterangkan di sana bangunan yang tidak sejajar dengan tanah akan sangat menguntungkan jika didirikan di area rentan banjir. Berapa ketinggian bagunan dari dasar tanah akan sangat ditentukan oleh peta bahaya banjir di daerah tersebut. 

Ini kemudian diterapkan dengan membuat garasi dan bangunan utama tidak di lantai yang sama. Sebab, garasi yang berada sejajar dengan tanah misalnya, itu sudah dianggap sebagai perlindungan dari banjir pada bangunan intinya. Jadi fungsi garasi pun sebagai 'area banjir'. 

Lalu, kalau soal pondasi maka pondasi yang tahan banjir menjadi hal utamanya. Artinya, fondasi bangunan harus memadai untuk menahan flotasi, keruntuhan, dan gerakan lateral permanen di bawah kombinasi beban kritis. 

"Desain fondasi tahan banjir harus bergantung pada karakteristik geoteknik tanag dan strata di bawah pondasi, serta interaksi pondasi tanah itu sendiri," tuturnya.

Soal kedalaman fondasi, itu ditentukan berdasarkan pertimbangan geoteknik. Beberapa hal perlu diperhatikan termasuk aspek penurunan kapasitas struktural dan ketidakstabilan akibat likuifaksi, gerusan lokal, penurunan tinggi tanah hingga erosi tanah. 

"Fondasi juga mesti dipastikan kuat terhadap puing-puing yang terbawa banjir. Pondasi juga harus bersifat hidrodimanik, hidrostatik, dan tahan agin serta beban lateral," tulis laporannya. 

"Faktor lain yang perlu diperhitungkan pada bangunan bebas banjir ialah pengunaan bahan bangunan yang tahan air dan rembesan, memiliki jalur air yang lancar, dan penahan banjir yang mumpuni," tuturnya. 

Jadi, memitigasi bencana lewat bangunan juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Rumah atau bangunan tempat Anda menetap harus dipastikan aman dari bentuk bencana apapun sehingga rasa aman dan nyaman menetap bisa didapatkan.

Editor: Rizal Bomantama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut